61. This is We

6.1K 791 597
                                    

SEQUEL MY STARBOY
Di sana ada 60 part, jadi di sini lanjut 61-nya tanpa prolog.

***

Foto itu ... sudah empat tahun yang lalu. Lama sekali. Waktu yang terus bergulir berhasil memerangkap otak manusia, menyebabkan mereka menganggap waktu berjalan lebih cepat.

Empat tahun yang lalu ... pernikahan masih menjadi beban yang dia keluhkan. Tak ada yang tahu, sekuat apa dia berusaha tidak mengeluh atas apa yang Sang Kuasa berikan padanya.

Menjalani bahtera yang sebenarnya belum boleh dia lalui, tapi semesta memaksanya. Mengurung masa remajanya untuk dihabiskan dalam permasalahan hidup yang lebih berat dari sekedar cinta monyet.

Ini ... cinta dua monyet.

Cinta yang didasari keterpaksaan, hubungan yang diawali dengan kecelakaan, dan pernikahan yang disebabkan oleh keadaan. Banyak yang berasumsi hubungan mereka tidak akan selamat. Tapi, nyatanya? Mereka masih bertahan hingga kini.

Mereka menjadi saling mengerti, bagaimana sifat dan tabiat masing-masing. Memahami pribadi yang saling bertolak, menerima kekurangan dan saling melengkapi kekurangan itu. Semuanya benar-benar alami.

Araka menunjukkan sifat aslinya di depan sang istri, begitupun Ranaya.

Selalu ada cekcok meski untuk hal-hal kecil, terlebih menyangkut Viora yang akan genap berusia tiga tahun beberapa hari lagi.

Mimpi buruk Ranaya benar-benar terjadi. Fisik bocah itu memang mirip dengannya, tapi tingkahnya menurun dari sang ayah. Ranaya menyesal terlalu sering menitipkan Viora pada ayahnya jika tahu hasil didikan Araka ternyata begini.

Ranaya menghela panjang, menyudahi kegiatan melihat foto pernikahannya yang berlangsung beberapa tahun lalu, pernikahan pertamanya saat masih berusia 17 tahun.

Seharusnya, tahun ini ia dan Araka akan menikah lagi dalam ikatan hukum yang sah. Tapi, semuanya harus tertunda sampai beberapa tahun ke depan karena dua nyawa dalam perutnya ini.

Ya, Ranaya hamil lagi. Kembar pula.

Biasa, kebobolan.

Setiap habis bertengkar Araka selalu menagih kewajiban istrinya. Bohong jika Araka mengatakan ingin memiliki satu anak saja sementara dia selalu melindur kamarnya diisi sebelas bocah kecil yang berisik. Saat itulah, apapun yang ada di sekitarnya selalu melayang ke kepala sang suami.

"Naik kereta api ...."

"Tut, tut, tut!"

"Siapa hendak turun?"

"Tut, tut!"

"Ke Bandung ...."

"Tut, tut!"

"Surabaya ...."

"Tut, tut!"

"Bolehlah naik dengan percuma ...."

"Tut, tut!"

"Ayo kawanku lekas naik ...."

"Tut, tut!"

"Keretaku tak berhenti lama ...."

"Tut, tut!"

Ranaya berdecih geli. Membalik badan menunggu dua makhluk itu masuk ke kamarnya. Mendengar suara balita yang hanya bisa bernyanyi 'tut, tut' Ranaya sudah bisa menebak jika itu putrinya.

Sore ini, selesai kuliah Araka mengajak Viora ke rumah tetangga. Katanya, Pak Yayan sedang memanen mangga di kebunnya. Viora yang menjadi maniak mangga tak boleh melewatkan kesempatan itu.

Lihatlah, gadis kecil yang duduk di bahu ayahnya itu menggenggam mangga hijau yang lebih besar dari kepalanya. Sementara papanya memegangi kedua kakinya agar tidak terjengkang ke belakang, menenteng satu kresek berisi mangga-mangga masak sebagai bonus membantu Pak Yayan memanen tadi.

"Mama!" sapa Viora dengan antusias. Memperlihatkan mangga yang ia bawa pada sang ibu sembari memamerkan giginya percaya diri. "V awa manga!"

Ranaya mengangkat kedua alisnya agar terlihat ikut antusias. Mengangkat ketiak Viora untuk diturunkan dari bahu sang papa.

"Mama manganya diotong," Viora menyodorkan mangga besar di tangannya. "Digoyeng jadi dedel."

"Mangga gak bisa dijadiin perkedel, V." Araka memberitahu.

"Bisa!" balas Viora keras kepala. "Mama bisa, ya?" Senjata andalan, meminta dukungan ibunya jika sang papa menentang keinginannya.

Ranaya mengambil mangga dari tangan putrinya sembari tersenyum. "Tapi, V mandi dulu. Nanti perkedelnya jadi kalau V udah wangi."

"Oce!" Viora mengangkat jempol kecilnya penuh semangat. Berlari seperti Naruto keluar dari kamar orang tuanya, mengambil handuk di kamarnya sendiri.

Setelah itu dia akan meminta Araka memandikannya di bath up kamar mandi orang tuanya yang lebih besar. Tambah seru ditemani mainan robot dan beberapa kereta mini koleksinya.

Viora tidak suka Barbie atau mainan yang berbau perempuan, dia lebih suka robot tempur dan mobil remot. Ajaran papanya memang tidak pernah tepat sasaran. Sejak kecil Viora dihasut mainan laki-laki lebih keren dari mainan perempuan.

"Emang mangga bisa dijadiin perkedel?"

Ranaya mengibaskan tangannya. "Masalah gampang. Dikasih pisang juga Viora bakal nganggepnya mangga."

Araka sebenarnya bingung, tapi dia memilih tidak berkomentar daripada mengganggu rencana istrinya mengakali permintaan aneh sang putri kali ini.

Mengambil handuk di belakang pintu, Araka mengurunkan niat untuk mandi sebab putrinya tiba-tiba muncul di ambangnya. Anak kecil itu menatap papanya dengan wajah berkerut heran.

"Papa tepet mandi. Toalnya adi Papa abis nablak ambing, lho."

***

Viora: Hola Aunty, Hola Uncle!

Viora: Hola Aunty, Hola Uncle!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Menurut kalian V mirip siapa?

Awal Dipublikasikan: 9 Maret 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awal Dipublikasikan:
9 Maret 2021

MY STARGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang