"HAPPY READING"
16 tahun lalu...
Seorang gadis berjilbab putih itu tersenyum menatap gadis satunya yang berambut seperti dora. Gadis itu bernama Azma, sejak kecil dia memang dibiasakan berjilbab oleh bundanya yang bernama Aliza dan ayahnya yang bernama Abraham. Dia mempunyai teman bahkan bisa dianggap sebagai sahabatnya. Dia gadis yang berambut dora tadi, dia bernama Jihan.
Mereka sedang bermain boneka bersama di sebuah rumah yang begitu mewah. Dan pastinya itu bukan rumah Azma, melainkan rumah Jihan.
"Bonekaku bernama Hana, Jihan!" Azma berkata seraya menunjukkan boneka yang baru diambilnya di sebuah kardus punya Jihan.
"Wah cantik! Bonekaku bernama Xeio, bahasa jepang. Bagus tidak?"
Azma mengangguk dan tersenyum. Merekapun bermain bersama-sama kala itu.
Hingga tiba saat mereka sama-sama berumur 10 tahun dan menduduki bangku kelas SMP ternama di Bandung.
SMP PANCASILA 1
"Azma!" teriak Jihan membuat telinga Azma mendadak tuli karena teriakannya.
Azma menoleh dan menatap Jihan yang semakin hari semakin cantik menurutnya.
"Hmm, ada apa?" tanyanya.
"Gila Azma! Cowok dingin itu suka ke Azma loh!" jawabnya membuat Azma penasaran siapa maksud dari cowok dingin itu.
"Emangnya siapa cowok dingin itu?" tanya Azma sembari menulis catatan di bukunya.
Semua siswa disana hanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Yah.... Masa Azma nggak tau sih? Itu loh yang namanya Azka. Murid sebelah itu!" jawab Jihan membuat Azma sedikit terkejut. Apa! Maksudnya Azka yang selama ini dia perhatikan menyukainya?! Ah pasti bohong.
"Emang dia bilang sama kamu?" Azma memastikan kalau itu lansung ke Jihan.
Jihan menggaruk tengkuknya yang tidak begitu gatal. Dia menggeleng.
"Ya nggak sih, Jihan cuma denger pembicaraannya sama temennya."
Azma hanya diam menatap buku cacatannya. Apakah ini sungguh? Sudah setengah tahun Azma diam-diam menyukainya. Tetapi apakah ini benar? Ah sudahlah yang penting sekarang adalah belajar dan belajar!
***
Usai pulang dari Sekolah, mereka berdua lansung pergi ke rumah Azma terlebih dahulu barulah mereka akan pergi bermain ke rumah Jihan.
Sesampainya disana, pemandangan tidak enak membuat Jihan lansung marah. Sang ayah sedang bersama bundanya Azma. Yang parahnya mereka berpegangan tangan seolah-olah sedang bermesraan. Karena tidak dapat menahan amarahnya, Jihan segera menghampiri keduanya dan membuat kerusuhan. Azma ingin mencegahnya tetapi dengan cepat Jihan menepis tangan itu.
"Ayah!" teriaknya sembari berlari.
Ghani yang merupakan ayah Jihan terkejut. Tangan yang tadinya masih menempel di tangan Aliza kini terpisah. Dia bukan terkejut karena kepergok bermesraan tetapi karena suara putrinya yang begitu melengking.
"Eh putri ayah sudah pulang ya? Mana Azma?" tanya Ghani tersenyum. Sedangkan Jihan malah menampakkan wajah kesalnya begitupun saat melirik kepada Aliza.
"Azma disini om." jawab Azma menghampiri ketiganya.
"Oalah, sudah pulang juga toh. Kirain om nggak barengan lagi." ucap Ghani tertuju pada Azma.
Azma cengar-cengir dan menghampiri bundanya yang hanya tersenyum melihat tingkahnya yang konyol tadi.
"Maksud ayah tadi apa? Pegang tangan dengan bundanya Azma?" tanya Jihan membuat Ghani refleks menatap Aliza yang begitu santai dan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azma dan Azmi ( Completed )
Ficção Adolescente( Disarankan follow sebelum membaca ) Azma yang baru pindah dari Jogyakarta ke kota Bandung bersama bundanya harus menempati perumahan yang ternyata berdekatan dengan sahabatnya. Karena kepindahannya yang secara tiba-tiba membuatnya harus mengiyak...