"HAPPY READING"
"Assalamualaikum bunda!" ucapnya seraya membuka pintu rumahnya. Namun kedatangannya dikejutkan dengan keadaan bunda yang begitu mengerikan.
"Bunda!" teriak Azma menghampiri bundanya dan meletakkan kepala bundanya di pangkuannya.
"Bunda.... Bunda kenapa?" tanya Azma menangis histeris. Aliza menahan sakit yang ia rasakan, kepalanya terus mengeluarkan darah segar, dan bagian perutnya masih ada sisa tusukan pisau.
"S.. Sayang, bu.. Bunda nggak papa kok. Az.. Azma jangan khawatir ya." ucapnya tersenyum. Azma semakin menangis sejadi-jadinya, bagaimana bisa bundanya begini? Siapa yang melakukannya?
"Bunda tahan ya, Azma mau telfon ambulans untuk ngobati bunda."
Azma berniat mengambil handponenya, namun sebuah tangan menggemgamnya dan membuat Azma terhenti.
"Bunda nggak papa sayang. Azma jaga baik-baik ya." ucapnya masih menahan sakit di perutnya.
Azma menggeleng cepat, air matanya tak kunjung berhenti. Dia memaksakan diri untuk menelfon ambulans.
"Kalau bunda nggak ada, bunda minta Azma selalu jadi anak baik ya. Jaga ayah nanti..." ucapnya terhenti karena nafas terakhirnya ia hembuskan.
Azma syok! Dia terus mengguncang-guncangkan tubuh bundanya. Namun nihil, tubuh Aliza semakin dingin dan tidak ada deru nafas yang keluar dari hidungnya.
"Bunda!" teriak Azma histeris.
"Bunda nggak boleh pergi! Nggak boleh pergi! Azma masih butuh bunda...." tangis Azma semakin menjadi. Tiba-tiba kedatangan Chika membuatnya semakin menangis sejadi-jadinya.
"Azma! Ada apa ini?" tanya Chika yang terkejut dan mencoba menenangkan Azma.
"Nggak! Nggak! Bunda masih hidup kan Chik? Jawab Chika!" ucapnya masih diiringi tangisan yang begitu menyakitkan.
Siapapun akan sedih kehilangan orang yang dia sayang, apalagi orang itu adalah orang yang ngelahirin kamu. Sakitnya yang ada lawan sama sekali.
"Gu.. Gue nggak tau."
Chika mendekatkan jarinya ke hidung bunda Aliza. Syok! Apa kini Azma akan kehilangan bundanya?
"Azma...!" ucapnya lirih dengan wajah sendu. Chika benar-benar sedih, walaupun yang dilihatnya ini bukan ibu kandungnya sendiri . Dia hanya tidak mampu melihat orang sedih dan apalagi orang itu adalah sahabatnya sendiri.
Chika memeluk tubuh Azma, seketika Azma pun menangis histeris meluapkan segala kesedihannnya.
***
Pemakaman bundanya sudah selesai, Azma masih duduk menatap bundanya yang kini sudah terbaring di dalam tanah. Azmi, Chika, dan lainnya setia menunggu Azma.
"Sudah Azma, ikhlaskan aja. Bunda lo bakal sedih kalau lo terus begini." ucap Azmi duduk mensejajarkan tubuhnya dengan Azma.
Mata yang sembab, bibir yang keluh, dan tubuh yang lemas akibat terus menangis daritadi. Bahkan ayahnya tidak datang untuk melihat bundanya untuk terakhir kalinya.
"Azma, lo yang sabar ya. Nanti biar gue nginep di rumah lo untuk nemenin lo." ucap Chika.
"Gimana kalo gue juga?" tanya Zaky begitu mengetahui kalau Chika ingin menginap di rumah Azma.
"Nggak boleh!" jawab Chika dengan cepat.
"Lo cowok, iya kali nginep di rumah cewek." sambungnya dengan menatap kesal wajah Zaky.
Azma terkekeh walau tidak kedengaran, disaat sedih begini. Pasti ada saja tingkah konyol sepasang kekasih ini.
"Yaudah yuk pulang! Udah siang nih." ajak Azma menatap keempat temannya itu. Semuanya mengangguk, mereka tidak sadar kalau selama acara pemakaman Zeyla sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azma dan Azmi ( Completed )
Fiksi Remaja( Disarankan follow sebelum membaca ) Azma yang baru pindah dari Jogyakarta ke kota Bandung bersama bundanya harus menempati perumahan yang ternyata berdekatan dengan sahabatnya. Karena kepindahannya yang secara tiba-tiba membuatnya harus mengiyak...