19) Konflik (2)

65 25 3
                                    

"HAPPY READING"

Aliza menangis merasa bersalah, kenapa dengan teganya dia membiarkan putrinya menderita karena dirinya?

Dirinya menggoyang-goyangkan tubuh Azma pelan. Dia berharap Azma kembali sadar dari pingsannya.

"Azma sayang.... Bangun sayang... Bunda nggak mau kamu terus-terusan menderita karena Bunda." ucap Aliza menangis tersedu-sedu.

Chika dan lainnya hanya diam menatap senduh Aliza. Menjadi seorang ibu memang begini, dia akan merasakan beribu kesedihan jika melihat anak kandungnya sendiri pingsan.

Aliza masih menangis, lalu dia baru teringat pasal tentang Dokter. Mengapa dirinya begitu terbawa suasana hingga lupa akan kunci keselamatan Azma adalah Dokter. Dengan cepat dia merogoh sakunya seraya menyeka air matanya.

Yah! Dicarinya nomor seorang Dokter yang sudah lama merawat Azma sejak kecil. Sebut saja Dokter Andi Setiawan. Bisa dikatakan Dokter Andi adalah dokter pribadi Azma. Hanya saja Dokter Andi jarang mencek up keadaan Azma setiap waktu tertentu seperti dokter lainnya.

Tut..... Tut.... Tut....

Aliza cemas, dia berharap Andi segera mengangkat telefonnya. Sudah 2 kali ia mencoba menghubunginya, tetapi belum ada balasan apapun darinya.kini dia kembali menghubungi Andi. Beribu harapan agar Andi cepat-cepat memgangkat telefonnya.

Aliza mengigit pinggiran bibirnya karena kecemasan akan keselamatan putrinya.

Telefon

"Assalamualaikum, iya ada apa?" ucapnya membuat hati Aliza lansung merasa legah.

"Waalaikumsalam Di, kamu cepetan kesini ya. Sakit Azma kembali kambuh, dan sekarang dia lagi pingsan Di." jawab Aliza tanpa memberikan Andi untuk menjawab.

"Setelah ini aku kirim lokasinya! Cepetan ya Andi, aku nggak mau putriku sampai kenapa-kenapa." sambung Aliza seakan tahu apa yang Andi pikirkan, yah pasti dia akan menanyakannya lokasi dimana ia berada.

Tanpa menunggu jawaban dari Andi. Dengan cepat Aliza mematikannya dan kembali mengkhawatirkan putrinya.

"Emm... Tante! Kenapa nggak bawa Azma kedalam dulu? Kamar Zey ada di dekat pintu tante. Kasihan Azma kalau tante biarin disitu." ucap Zeyla kepada Aliza.

Mendengar ucapan Zeyla, Azmi dengan cepat membopong tubuh Azma menuju kamar Zeyla dan disusul Aliza, Chika, dan juga lainnya.

Sesampainya di kamar, perlahan Azmi menidurkan tubuh Azma dengan begitu pelan. Setelah itu, barulah Aliza menduduki salah satu kursi yang berada tidak jauh dari tempat dimana Azma ditidurkan.

"Gimana tante, Azma ada pergerakan tangan nggak?" tanya Chika yang baru sampai di kamar Zeyla. Diikuti Zeyla sendiri, Zaky, dan Azka.

Aliza menggeleng pelan, lalu ditatapnya wajah putrinya yang masih enggan membuka matanya. Dia berharap Azma segera sadar dan menceritakan masalah yang tengah mengancam kehidupannya.

***

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumah Zaky, pastinya membuat orang-orang yang belum pulang dari kegiatan melayatnya terkejut melihat kehadiran Dokter Andi. Orang yang tadi dihubungi oleh bunda Aliza.

"Emm, dimana Azma berada?" tanya Dokter Andi kepada salah satu ibu-ibu yang sedang berada disana.

Ibu-ibu itu hanya diam dan menggeleng pertanda tidak mengenali siapa Azma. Tetapi dengan cepat salah satu ibu yang lain menunjukkan dimana Azma berada.

"Oh iya perempuan yang tadi pingsan kan? Dia berada di kamar di depan!" ucapnya menunjukkan kamar Zeyla.

Dokter Andi menatap kamar itu, lalu mengucapkan terimakasih kepadanya.

Azma dan Azmi ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang