"HAPPY READING"
Azmi lansung berlalu ke kamarnya dan lesuh kalau harus menemani perempuan itu. Tanpa disadari sebuah langkah kaki terdengar semakin nyaring jika semakin dekat, tampak perempuan itu berdiri di depannya dan tersenyum kepadanya.
"Lo maunya apa sih? Pergi sana, jangan gangguin hidup gue lagi!" usir Azmi membuat perempuan itu kesal juga. Sebenarnya dia sedikit jengkel saat Azmi meninggalkannya tanpa menjawab pertanyaan dari mamanya tentang untuk menemaninya, dan parahnya sekarang malah ngusir dia.
"Azmi... Kamu kenapa sih, aku kan datang buat nemuin kamu dan sekalian mau minta maaf tentang yang terakhir kita ketemu. Aku nyesel udah sia-sia in cinta kamu, pliss!" ucapnya memohon. Azmi sungguh tidak tahan situasi saat ini. Kalau saja dia tidak pulang, pasti Azmi sudah bisa tenang bersama Azma.
"Stop Jihan! Gue nggak mau lagi lo disini! Jangan paksain gue buat berbuat kasar sama lo!" ancam Azmi dengan penuh amarah. Sebenarnya Azmi tidak pernah semarah ini sebelumnya, bahkan hampir tidak pernah. Jika Azmi dikatakan pemarah itu salah besar, hanya saja Azmi tidak bisa sabar dalam salah satu situasi.
Ternyata perempuan itu bernama Jihan, seseorang yang berada dibalik penyebab kejadian yang dialami Azma sebelumnya. Akan tetapi, semua orang masih belum mengetahui hal itu.
Jihan benar-benar sakit hati dengan perlakuan Azmi kepadanya. Dia lansung keluar dari kamar Azmi ketika air matanya sudah tidak tahan ia bendung.
***
Setelah melihat Jihan pergi, Azmi diam seraya duduk di pinggir kasur empuknya. Suasana hatinya benar-benar kacau hari ini, kalau bukan perempuan pasti dia tidak akan segila ini. Dia sangat menyesal mencintai seseorang yang tidak sepenuhnya cinta kepadanya. Jihan yang merupakan cinta pertamanya itu telah menghianati cintanya.
Tiba-tiba sebuah bunyi dering handpone terdengar nyaring di sampingnya. Azmi segera mengangkat telefonnya, tampak tertera nama Azka di layar handponenya.
(di telepon)
"Hmm, apa?" Tany azmi singkat dan terasa dingin.
"Lo kenapa suaranya gitu? Jangan sok dingin ya, plagiat banget lo ke gue." ucapnya menyadari perubahan suara Azmi dari sebelumnya.
"Lah lo juga sekarang jadi cerewet sejak ketemu Azma! Apa itu sebabnya lo dingin karena belum ketemu Azma?" ucap Azmi membuat Azka di seberang telefon lansung diam seketika.
Jika bisa jujur, Azka benar-benar merindukan Azma. Dan menjawab pertanyaan saudaranya dengan jawaban 'iya. Tapi bagaimanapun sepertinya Azma sekarang menyukai saudaranya daripada dirinya.
"Apa seh.... nggak nyambung. Gini-gini gue telfon lo karena sepertinya Azma lagi doyan ngemil. Lo mau kan beliin snake-snake kalau mau kesini?" tanya Azka.
Azmi berpikir dulu, sebenarnya dia mau tapi sekarang ini masih belum ada tanda-tanda mood nya kembali baik.
"Gimana woy?" teriak Azka mengejutkan Azmi yang khusyuk berpikir.
"Apaan sih, nyaring banget suara lo kayak gorila tau nggak?" balas Azmi membuat suara tawa Azka terdengar mengesalkan.
"Yaudeh momoku, jadi lo mau kagak beliin cemilan buat Azma?" tanya Azka menanyakan kembali kepada saudaranya.
"Siapa momo? Lo jangan sembarangan nyebut gue momo ya, merinding banget denger suara lo itu. Yaudah gue kesana sekarang mimi!" balas Azmi tertawa pelan hampir tidak terdengar oleh Azka.
"Siapa yang mi...." ucap Azka terpotong karena Azmi lansung menutup teleponnya.
Azmi tidak bisa membayangkan bagaimana saudaranya akan marah karena ucapannya terpotong karena ulahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azma dan Azmi ( Completed )
Fiksi Remaja( Disarankan follow sebelum membaca ) Azma yang baru pindah dari Jogyakarta ke kota Bandung bersama bundanya harus menempati perumahan yang ternyata berdekatan dengan sahabatnya. Karena kepindahannya yang secara tiba-tiba membuatnya harus mengiyak...