Bel pulang sekolah tengah berdering dengan keras. Kahtan sudah berdiri di depan pintu kelas XII IPS ll. Saat ini Kahtan sedang menunggu Laura keluar dari kelasnya, ia berniat ingin mengajak Laura bertemu dengan ibunya.
"Lo udah lama nunggu?" Laura menghampiri Kahtan dengan senyum termanisnya.
"Nggak, ayo!" Kahtan mengambil lengan Laura, setelah itu ia mengayunkannya.
Laura mengangguk, ia melihat tangannya berada digenggaman tangan Kahtan. "Tetap seperti ini ya. Gue nggak mau lo ninggalin gue," ucapnya dalam hati.
"Sagara kabarnya gimana? Apa dia udah boleh pulang?" tanya Kahtan.
"Sagara udah di operasi tiga hari yang lalu, hari ini kakak gue pulang." Laura tersenyum lebar mengingat kakaknya hari ini bisa pulang ke rumah.
"Lo mau nggak gue ajak ke rumah? Ketemu calon ibu mertua lo?" tanya dan ajak Kahtan.
"I-ibu mertua?!" refleks Laura terkejut. Ia membulatkan matanya mendengar ucapan Kahtan. "Eh? K-ke rumah lo?" tanyanya memastikan.
Kahtan tertawa kecil melihat wajah Laura yang terkejut. Cowok itu mengacak pucuk rambut Laura dengan gemas. "Iya cantik. Pasti mama gue seneng ketemu sama lo,"
"Em, boleh kok." Laura menganggukkan kepalanya, ia tersenyum canggung. "Duh, perasaan gue nggak enak. Gue takut mamanya Kahtan nggak suka sama gue. Secara kan, Kahtan orang yang punya." batin Laura ketakutan.
"Nggak usah mikir yang aneh-aneh. Mama gue baik kok. Pasti dia seneng ketemu sama lo," Kahtan tersenyum berusaha untuk tidak membuat Laura berfikir yang tidak seharusnya.
Laura membulatkan matanya, lagi-lagi terkejut dengan perkataan Kahtan barusan. "Lo? Kok tau apa yang gue pikirin?"
"Nebak aja. Lagi pula ekspresi wajah lo udah ngejelasin semuanya."
Laura menggarukan belakang kepalanya yang tak gatal, ia tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. "Maaf gue udah mikir yang enggak-enggak."
"Pakai ini," Kahtan memakaikan helm di kepala Laura.
Laura tersenyum tipis, ia memperhatikan Kahtan yang sedang memakaikan helm di kepalanya dengan senang. "Lo ganteng banget,"
"Lo baru nyadar kalau gue ganteng?" tanya Kahtan. "Dari dulu gue udah ganteng kali, si Ariel aja kalah sama gue."
"Ariel?" Laura mengucapkan nama Ariel dengan tatapan kosong. Ia seketika teringat dengan kejadian semalam.
Semalam Ariel mengiriminya pesan singkat tetapi begitu mengerikan menurutnya. Ariel mengirimkan sebuah pesan, "You have to die" yang artinya, kamu harus mati.
Tentu saja Laura bingung, mengapa Ariel menginginkannya mati? Laura merasa curiga dengan semua teman-teman Kahtan. Kemarin malam, Rio, sekarang Ariel. Mengapa mereka semua begitu mencurigakan?
"Kenapa sama Ariel? Lo suka sama dia?" Kahtan menatapnya sinis.
Laura menggelengkan kepalanya. "Eh, nggak gitu kok. Gue nggak suka sama Ariel. Jangan cemburuan gitu ih,"
Kahtan menganggukkan kepalanya mengerti. "Maaf,"
"Maaf untuk?" tanya Laura.
"Gue udah salah sangka tadi sama lo,"
"Nggak apa-apa kali, gue juga ngerti kok." Laura tersenyum lebar. "Ayo berangkat!"
"Siap tuan puteri." Kahtan tersenyum dan mulai mengendarai motor itu.
"Lo tau nggak bedanya lo sama daun?" tanya Kahtan tiba-tiba.
Laura menggelengkan kepalanya, tidak mengerti mengapa Kahtan bertanya seperti itu. "Nggak. Emangnya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAURA
Teen Fiction-Ayah, bukan cinta pertama, tetapi patah hati pertama. Luka terbesar. Mungkin segelintir anak saja yang beruntung mendapat (ayah) sebagai cinta pertama- 3 tahun lamanya Laura selalu difitnah pembunuh oleh ayahnya sendiri. Tuduhan itu berhasil membua...