"WOY! APA-APAAN NIH?!"
Sagara membulatkan kedua matanya saat melihat di sampingnya terdapat Bella tengah menangis.
"Ini semua gara-gara Kak Sagara! Kakak harus tanggung jawab!"
Sagara seketika terkejut saat melihat tubuhnya tanpa sehelai benang pun. "LO APAIN GUE BANGSAT?!"
"Pokoknya gue nggak mau tahu! Lo harus tanggung jawab! Keperjakaan gue ilang karena lo!" Sagara mengepalkan tangan. Susah payah ia menjaganya, dan tampang berdosanya Bella malah merenggutnya.
Bella menjitak kepala Sagara cukup kencang. "Kebalik dodol! Yang harusnya tanggung jawab itu elo!"
Sagara loncat dari atas kasur. Cowok itu segera memakai pakaiannya satu-persatu. "Bodo amat! Gue nggak mau tanggung jawab!"
Bella menangis kencang. "Kak Sagara jahat! Kakak harus tanggung jawab!"
Sagara seketika teringat dengan kejadian semalam. Seorang pemuda memberikannya segelas minuman, lalu tiba-tiba Bella datang mengajaknya ke sini.
"BANGSAT! DASAR CEWEK LICIK! BERANI-BERANINYA LO UDAH NGEJEBAK GUE!"
Bugh!
Sagara memukul tembok sangat kencang membuat Bella terpekik ketakutan. "Untung lo cewek. Kalau lo cowok, udah abis lo di tangan gue!"
Sagara berjalan mendekati Bella. Ia menatapnya tajam. "Dan satu lagi, mau lo nangis darah pun gue nggak bakal tanggung jawab! Ini semua salah lo sendiri!"
Brak!
Sagara membanting pintu dengan kencang. Cowok itu mengendarai motornya dengan ugal-ugalan.
Bella tersenyum licik. "Liat aja, cepat atau lambat lo pasti bakal mau tanggung jawab!"
Sagara melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia merasa sangat bersalah karena sudah menghianati janjinya terhadap ibunya.
Ibunya pernah mengatakan kepadanya, jika ia tidak boleh sampai merusak perempuan mana pun. Karena jika dirinya sampai merusak perempuan, ibunya akan sangat marah kepadanya.
Sagara memberhentikan motornya di tempat pemakaman umum. Cowok itu segara berlari menuju tempat ibunya.
"Mama!" Sagara memeluk erat batu nisan milik ibunya. "Maafin Sagara, Ma. Sagara udah ngerusak cewek,"
"Maaf, Ma. Sagara udah ingkar janji sama Mama." Sagara menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Sebentar lagi Sagara bakal ketemu sama Mama. Mama jangan marah ya, kalau nanti Mama udah ketemu sama Sagara." Sagara menangis. Cowok itu memang sangat lemah jika sudah di hadapan ibunya.
"Maaf juga karena Sagara nggak bisa jagain Laura. Sagara udah jahatin Laura, Ma." Sagara memandangi batu nisan milik ibunya dengan tatapan sedih. Cowok itu menghapus kasar air matanya.
"Sagara pamit. Maafin Sagara, Ma." Sagara mengecup batu nisan milik ibunya sebentar. Kemudian ia benar-benar pergi dari sana.
****
"KAK!" Laura berteriak mencari Sagara. Gadis itu berjalan mengelilingi rumahnya.
"Kak Sagara! Kakak di mana?!" Laura mengecek kamar kakaknya, tetapi Sagara tidak ada.
Laura menghela napasnya kasar. "Kebiasaan, ih! Lo suka nggak bilang dulu kalau mau berangkat kuliah!"
Dret! Dret!
Laura tersentak kaget saat ponselnya bergetar menandakan seseorang tengah meneleponnya. Dengan malas ia mengangkatnya. "Halo?"
"Laura! Pulang sekolah nanti gue bakal anter lo ke rumah sakit! Gue nggak mau tahu pokoknya lo harus sering-sering diperiksa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAURA
Teen Fiction-Ayah, bukan cinta pertama, tetapi patah hati pertama. Luka terbesar. Mungkin segelintir anak saja yang beruntung mendapat (ayah) sebagai cinta pertama- 3 tahun lamanya Laura selalu difitnah pembunuh oleh ayahnya sendiri. Tuduhan itu berhasil membua...