32. Kekecewaan

2.1K 112 101
                                    

"LAURA! CEPETAN SETRIKAIN SERAGAM GUE!"

"LAURA! CEPAT BERSIHKAN KAMAR SAYA!"

Laura merasa kewalahan saat mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Mauren memintanya menyetrikakan seragamnya, sementara seragam sekolahnya pun sangat kusut karena belum sempat disetrika.

Dan Ibu tirinya memintanya membersihkan kamarnya, padahal Ibunya itu bisa saja membersihkannya sendiri. Laura tidak merasa keberatan dengan hal itu. Tetapi, apakah mereka tidak bisa mengerjakannya sendiri? Ia juga mempunyai kesibukannya masing-masing.

"Cepetan bangsat! Lama lo!" Mauren menoyor kepala Laura dengan kencang.

"Sebentar, Mauren. Ini juga lagi gue setrikain,"

Prang!

Terdengar pecahan kaca yang begitu keras dari lantai atas. Ibunya pasti sangat marah padanya.

"Laura! Saya bilang cepat bersihkan kamar saya! Dasar anak tidak berguna!"

"Maaf, Mauren. Gue harus ke atas dulu," Laura menundukkan kepalanya, ia berjalan menuju kamar Ibunya dengan tubuh bergetar.

Plak!

Sonia menampar wajah Laura dengan kencang. Wanita muda itu melemparkan alat pel ke arah Laura dengan emosi memuncak.

"Tidak ada gunanya menjadi anak! Mengerjakan pekerjaan rumah saja tidak becus!"

"Maaf, Ma. Tadi aku nggak sempet karena Mauren—"

"Banyak alasan! Cepat bersihkan kamar saya!" Sonia menendang air pel ke arah Laura, alhasil air pel itu tumpah membasahi lantai.

Laura mengambil alat pel itu dengan tangan bergetar. Ia memeras pelan-nya dan mulai mengepel lantai dengan perlahan.

"LAURA! CEPETAN NAPA SIH?" Mauren berteriak dengan kencang.

Laura mengusap wajahnya dengan kasar. Cewek itu berjalan setengah berlari menuruni tangga satu-persatu.

Laura membulatkan matanya saat seragam sekolah Mauren sudah terbakar dan berlubang. Dengan segera ia mencabut kabel setrikaan itu dan langsung menyembunyikan seragam sekolah Mauren di belakang tubuhnya.

"Mana seragam gue?!"

Laura menundukkan kepalanya. Ia meremas seragam cewek itu dengan kuat, matanya sudah berkaca-kaca saat ini. "Maaf, Mauren. Seragam lo rusak," Laura menyodorkan seragam itu dengan hati-hati.

"LO BISA KERJA NGGAK SIH? NYETRIKAIN SERAGAM GUE AJA NGGAK BECUS! LO TAU NGGAK? BAHKAN SERAGAM SEKOLAH GUE LEBIH MAHAL DARIPADA HARGA DIRI LO!"

"Bangsat! Mati aja lo sialan!" Mauren menarik rambut Laura dengan kencang, cewek itu mendorong tubuh Laura hingga ia tersungkur.

"Emang bener-bener nggak guna hidup lo!" Mauren mengambil gelas di belakangnya. Niatnya, cewek itu ingin menyiramkan air yang berada di gelas itu ke arah Laura, tetapi gelas itu ternyata kosong, tidak ada air sama sekali.

Mauren menggerutu kesal. Cewek itu melemparkan asal gelas yang di pegangnya ke lantai.

"Haha! Mampus lo!" Laura tertawa cekikikan. Cewek itu menjulurkan lidahnya seolah tengah mengejek Mauren.

Byurr...

"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI! SAYA BILANG BERSIHKAN YA BERSIHKAN SIALAN!" Sonia mengguyur Laura mengunakan air pel hingga cewek itu memekik terkejut.

"Mama, dingin!" Laura terisak kedinginan. Ia memeluk tubuhnya sendiri erat-erat.

"Mampus lo! Rasain tuh!" Mauren tertawa mengejek. Cewek itu menoyor kepala Laura dengan kencang.

LAURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang