Bab 1- Why Him?

184 21 15
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Kebahagiaan itu ada di tangan Allah, dan tidak akan ada yang bisa diraih kecuali dengan taat kepada Allah." (Syekh Abdurrazaq Al-Badr)
.
.
.

Happy Reading

"Astaghfirullah, sabar Ay, sabar." Ayla tak henti-hentinya mengusap dada sambil melafadzkan istighfar ketika keluar dari ruangan dosennya.

"Gimana Ay? Di acc?" Wajah Chayra-sahabat seperjuangan Ayla meraih gelar S1 di Fakultas Pendidikan.

Semburat merah diwajah Ayla menunjukkan bahwa ia sangat kesal saat ini, "Ngeselin banget Ra tuh dosen, gue udah rekomendasikan empat tempat tapi-"

"Ditolak?" Belum sempat Ayla meneruskan pembicaraannya, Chayra sudah bisa menebak jawabannya. Tanpa basa-basi Ayla mengangguk sambil berjalan dari tempatnya.

"Parah tuh dosen! Ngeremehin lo. Coba aja kalau dia tahu skill lo, gue jamin-min-min seratus persen dia bakal rekomendasiin di sekolah favorite di sini!" ucapan Chayra membuat Ayla geleng-geleng kepala sepanjang jalan. Mendengar Chayra selalu memujinya, dia selalu ingat apa yang dikatakan Fathur-Abinya. Ketika seorang hamba sedang memuji hamba-Nya tidak jarang orang yang dipuji itu akan mengangumi dan menganggap hebat dirinya sendiri karena kelebihan yang dia punya, Ayla tidak mau seperti itu, dia selalu yakin bahwa kecerdasan dan kelebihan yang dimilikinya sekarang adalah titipan dari Allah, bukan hak miliknya.

"Sebenarnya kalau lo dengar alasan Pak De nolak proposal gue itu ada benarnya juga sih. Tapi ya itu, dia itu ngeselin, berasa lagi di introgasi." Ucap Ayla sambil memegang dagu sesekali dengan telunjuknya.

"Tunggu, tunggu. Lo apain nama Pak Dev? Jelek amat dengarnya Pak De. Emangnya Pakde lo." Ayla langsung menepuk jidat Chayra tanpa aba-aba. Spontan Chayra mengaduh dan langsung menepuk lengan Ayla dengan buku-buku yang dibawanya.

Ayla celingak-celinguk melihat sekitar, "Jangan keras-keras dong Ra! nanti tu dosen killer bisa dengar, dalam bahaya besar, gue!" kali ini Chayra yang menepuk jidat Ayla.

"Ya kali tu dosen nyewa mata-mata disini. Helloo!"

"Bisa jadi kan?" Ayla menjawab santai sambil mengelus jidatnya yang kena pukulan dari Chayra.

"Parah, Ay. Semenjak lo keluar dari ruangan Pak Dev jadi parno-an. Serius gue."

***

"Assalamualaikum."

"Masuk!"

"Menjawab salam itu wajib loh pak hukumnya, buat kita sesama muslim," Kata Ayla mengoreksi ucapan laki-laki muda yang tengah duduk mengetik laptop dihadapannya.

"Waalaikumussalam, mau apa?" Lagi-lagi ucapan yang keluar dari mulut pria dihadapannya membuat nyalinya ciut untuk konsultasi dengan dosen pembimbingnya itu. Tidak mungkinkan Ayla mengatakan "ah, tidak jadi, pak," bisa-bisa mendapat hadiah tidak terduga dari dosennya.

"Bengini Pak, saya dapat tugas dari Ibu Airin, dosen metodologi penelitian. Kami diminta beliau untuk survey sekolah selama empat hari kedepan. Jadi, saya mau meminta rekomendasi dari bapak, sekolah mana yang sebaiknya menjadi rujukan untuk saya. Untuk tempat dan nama sekolahnya sudah saya tulis disini, pak," Ayla langsung menyerahkan proposolnya yang sedari tadi dipegangnya, kali ini degupan kencang dadanya berhasil membuatnya tidak berdaya, dia sangat gugup berhadapan dengan dosen pembimbing yang terkenal super killer seperti Deva Alfian Ridha yang sedang duduk dihadapannya.

AYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang