Bab 6- Qobiltu

97 13 6
                                    

Bacanya pelan-pelan aja ya sambil putar video💕

Yukk follow dulu sebelum baca

_________________________________

بسم الله الرحمن الراحيم

"saat kehidupan kamu sudah bahagia, ibumu tidak akan meminta kamu untuk membagi kebahagian itu padanya, tapi disaat kamu terluka, ibumu akan siap datang untuk menerima sebagian bahkan seluruh lukamu."
.
.
.
HAPPY READING❤

Pantulan cermin menampakkan sosok perempuan yang tengah duduk menatap dirinya terbalut dengan gaun pengantin. Riasan wajah yang natural tidak menutupi paras cantiknya.

"Alhamdulllah ala kulli hal." Ucap Ayla pelan.

"Ay," suara Fatimah terdengar bergetar ditelinga Ayla.

Ayla langsung membalikkan badan menghadap Fatimah, "Ada apa, bunda?"

"Kamu bahagia?"

"InsyaAllah, Tuhan sudah menuliskan takdir Ayla seperti ini. Ayla harus yakin, apapun yang terjadi ini atas kehendak Allah."

"Kamu bahagia?" Tanya Fatimah sekali lagi. Ia tidak kuasa menahan air matanya yang sedari tadi ditahan.

Ayla yang melihat bulir bening perlahan jatuh dari wajah Fatimah langsung menyapu dengan kedua tangannya.

"Bunda nggak usah khawatir, yakin aja kalau kak Arif memang pilihan Allah buat Ayla?"

Fatimah tersenyum tipis, "Baru kemarin bunda gendong kamu, Ay. sekarang kamu sudah besar," lirih Fatimah. "Saat kehidupan kamu sudah bahagia, bunda tidak akan meminta kamu untuk membagi kebahagian itu pada bunda, tapi satu yang harus kamu ingat, disaat kamu terluka, bunda akan datang untuk menerima sebagian bahkan seluruh lukamu." Lanjutnya yang sudah membuat mata Ayla merah menahan tangis.

Tidak ada kasih sayang yang melebihi sayangnya seorang ibu kepada anaknya dan tidak ada cinta pertama yang dapat mengalahkan cintanya seorang ayah pada anak perempuannya.

***

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq."

"Barakallahu laka wa baroka alaika wa jama'a bainakumaa fii khoirin," Semua berucap syukur tidak terkecuali Fathur yang menjadi wali nikah anak perempuannya.

Perempuan mana yang tidak bergetar ketika kalimat sakral itu terucap untuk dirinya?

Perempuan mana yang bisa menahan rasa bahagianya ketika akan bertemu dengan pujaan hati pilihan Ilahi?

Ayla perlahan berjalan menuju meja akad yang dituntun oleh Fatimah dan Aisyah disebelah kirinya. Senyum bahagia bercampur haru terpancar di wajah kedua pihak keluarga.

Ayla duduk mensejajarkan dirinya dengan Arif, kemudian meraih tangan laki-laki yang kini berstatus suaminya dengan canggung, lalu menciumnya. Disusul Arif yang mencium lembut kening Ayla setelahnya.

"Saya serahkan semua tanggung jawab anak saya kepada kamu, jika kamu tidak sanggup menanggungnya jangan pernah berpikir untuk menyakiti, cukup kembalikan ke saya." Ucapan Fathur disanggupi Arif dengan anggukan dan senyuman.

"InsyaAllah, bi"

Kemudian Arif mengambil alih Arsya dari gendongan Fathur dan ikut mengoceh, "iya, kalau ka Alif nyakitin ka Aya. Acya balas nanti!" kata Arsya yang sangat polos.

AYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang