16. Under The Night We Were Facing Our Breakup

162 7 7
                                    

Yogyakarta, 2015.

Nashira mematut dirinya di depan cermin, blouse putih dengan celana jeans menjadi pilihan nya untuk hari ini. Ia merapikan sedikit anak rambutnya dan memoles bibirnya dengan liptint. Memakai jam tangan nya, ia beralih mengambil tas yang berada di lemari kamarnya. Tiba-tiba ketukan pintu menginterupsi kegiatan Nashira, Ibu nya masuk sembari tersenyum menggoda.

Shaka pasti sudah datang. Pasti itu yang menjadi alasan Ibu nya tersenyum menggoda. Hari ini mereka akan kencan di malam minggu, setelah sekian lama tidak malam minggu berdua. Nashira kembali mematut dirinya, memperhatikan wajahnya sekali lagi. Sungguh, malam ini ia sangat senang karena sudah lama sekali tidak pergi.

"Ayo kasihan Shaka udah nunggu." Kata Ibu nya mengajak turun ke bawah.

Nashira berlari keluar kamar menuju lantai bawah untuk menyusul Ibu nya yang sudah berjalan lebih dahulu. Shaka terlihat santai mengobrol dengan Ayahnya. Nashira mengatur deru nafasnya, mengambil sepatu di lemari bawah tangga. Ia menghampiri Shaka, Ibunya tampak berdiri di samping Ayahnya sedangkan di samping Ayahnya, Shaka turut berdiri dan menoleh sekilas pada Nashira kemudian menatap Ayah dan Ibu Nashira bergantian. Lantas, ia menyalami Ayah dan Ibu nya. "Shaka izin ajak Nashira pergi ya Om..." Shaka menatap Ibu Nashira sembari menyalaminya, "...Tante."

"Iya, hati-hati, Shaka." Ujar Ayah Nashira tersenyum hangat. "Pulangnya jangan malem-malem ya." Kata Ayahnya lagi mengingatkan.

Nashira ikut menyalami kedua orangtuanya, kemudian pamit untuk mengajak Shaka pergi sekarang juga. Hari ini mereka akan pergi makan di salah satu cafe yang sedikit jauh dari rumah mereka berdua, mereka akan pergi ke sebuah coffeshop di daerah Giwangan, Umbulharjo malam ini. Shaka terlihat tampan seperti biasanya. Ia mengenakan baju putih dengan garis hitam di lengannya, rambutnya di biarkan terlihat acak-acakan yang menambah kadar ketampanannya.

"Ganteng banget!" Kata Nashira menggoda Shaka.

Shaka tertawa, "Kamu juga cantik banget!"

"Iyalah!" Kata Nashira percaya diri.

Nashira tertawa, hari ini ia benar-benar sangat senang karena di ajak Shaka pergi dan bahkan dari siang tadi ia tidak henti-hentinya tersenyum membayangkan akan pergi bersama Shaka. Mereka baru saja melangsungkan wisuda beberapa hari lalu. Di minggu-minggu ini mereka banyak memasukan CV ke kantor-kantor sehingga jarang bertemu pun termasuk berkomunikasi mereka pun juga jarang.

Suasana malam minggu tentu saja ramai. Bunyi klakson mobil tampak bersahutan. Sepanjang perjalanan mereka banyak mengobrol mengenai segala hal yang terjadi seminggu ke belakang. Bukan hanya Nashira yang sangat senang malam ini, wajah Shaka juga tampak berseri-seri. Malam ini ibarat menjadi waktu istirahat bagi Shaka setelah sibuk mengurusi perihal pekerjaan, di hari ini juga mereka tepat tiga tahun telah menjalin hubungan.

Di kursi belakang Nashira sebenarnya telah ia siapkan sebuket bunga segar khusus untuk perempuan cantik di sebelahnya ini, tampaknya Nashira tidak menyadari akan hal itu. Ia akan memberikan itu saat pulang nanti. Nashira memperhatikan jalanan yang mereka tempuh, tujuan mereka sudah terlihat di depan mata. Shaka telah memarkirkan mobilnya di depan dan mengajak Nashira untuk turun. Untungnya Shaka telah mereservasi kursi yang berada sedikit di belakang agar nyaman tanpa di ganggu orang.

Pelayan mendatangi meja mereka dan mulai mencatat beberapa pesanan Nashira. Mereka saling menatap kemudian tertawa layaknya mereka sangat senang bertemu saat ini, tanpa bicara apapun mata mereka seolah bicara segalanya. Shaka mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya, menyodorkan kepada Nashira untuk ia lihat. Ini kali pertamanya memberikan hadiah untuk Nashira setelah tiga tahun berhubungan. Nashira selalu menolak jika Shaka ingin memberikannya hadiah. Shaka pikir, hari ini rasanya Nashira harus menerimanya suka ataupun tidak.

NashiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang