26. Semesta Bekerja

109 7 10
                                    

Sejauh apapun mereka pergi, selama apapun mereka pergi, semesta mempertemukan mereka kembali dengan cara yang tidak terduga. Mungkin begitu cara semesta bekerja, tanpa diduga mempertemukan dua orang yang tadinya berjalan berlawanan arah bertemu di titik yang sama lagi. Mungkin semesta sengaja merancang pertemuan mereka sedemikian rupa kembali di titik yang sama lagi. Mungkin bisa jadi juga titik ini merupakan awal mereka untuk menemukan jalan lain. Entah nantinya akan searah atau berlawanan arah lagi.

Untuk hari ini, layaknya semesta seakan meminta mereka searah. Hari ini, mungkin hanya hari ini, mungkin. Shaka tersenyum mengeratkan kaitan jarinya pada jari Nashira, bergantian menarik Nashira untuk mengikutinya. Mereka berjalan masih dengan tangan terikat sembari melihat booth-booth yang mengisi exhibition Meridien. Nashira masih menatap tangannya yang digenggam Shaka, tanpa menyadari bahwa Shaka telah menatapnya sambil tersenyum. "Kenapa, Shira?"

Nashira mendongak, kemudian menggeleng, "Oh, nggak." Ia mencoba acuh walau degup jantungnya berdetak lebih cepat.

"Sempit ya ternyata.." Ucap Shaka sedikit menunduk untuk berbisik ditelinga Nashira. Nashira mengangguk dan tersenyum sekilas, "Kamu dari kapan di Jakarta?" Tanya Nashira mencoba mengalihkan perhatian nya dari genggaman tangan Shaka.

"Setelah kita pergi waktu itu, besoknya aku ke Jakarta."

Nashira melirik Shaka, "Udah sebulan lebih dong."

Shaka mengangguk. Mereka masih berjalan mengintari booth-booth yang mengisi exhibition. Dilorong yang mereka lewati masih terlihat booth Nash karena jarak antara booth satu sama lain masih terlihat di celah lebar tiap booth. Nashira sedikit melirik, disana para karyawan Nashira ternyata masih melihat dirinya dan Shaka serta dengan terang-terangan menggoda Nashira.

Shaka turut melihat mereka, kemudian beralih melirik Nashira yang tengah memberikan tatapan sebal pada karyawannya. Ia terkekeh yang lantas membuat Nashira berpaling menatap Shaka. Lelaki itu tersenyum, "Mereka seru-seru ya.." Ucapnya lagi.

"Keliatan nya seru tapi banyakan nyebelinnya." Kata Nashira sembari terkekeh, ia tampak mengajak Shaka mempercepat langkah kakinya agar karyawan nya tidak dapat melihat interaksi mereka lagi. Nashira menoleh pada Shaka, "Mereka tadi nggak sopan banget, sorry ya."

Shaka mengangguk kemudian terkekeh, "Iya, nggak apa-apa kok. Nggak perlu minta maaf, Shira." Katanya gemas.

"Aku kaget, ternyata kamu yang mereka jahilin." Shaka masih terkekeh kecil mendengar ucapan Nashira, "Aku tadi cari kamu, makanya bolak balik mungkin mereka aneh aku mau beli apa nggak... kesitu mulu." Ucap Shaka.

Nashira menoleh, "Kamu cari aku? Kenapa?"

Shaka mengangguk, "Pengen ketemu aja. Tadi yang ke empat kalinya aku pengen nyamperin, kamu nya lagi sibuk di ajak foto sama fans-fans kamu."

Lelaki ini menggodanya.

"Kamu liat aku di ajakin foto?" Shaka mengangguk menjawab pertanyaan Nashira, "Kayanya kita harus foto, sama aku harus banget minta tanda tangan kamu deh, takut besok-besok susah dapetnya." Goda Shaka.

Nashira menatap Shaka sebal, "Kok nyebelin banget kamu?"

Shaka tampak tertawa, berhasil membuat Nashira sebal atas godaannya. Mereka masih berjalan beriringan menuju pintu keluar dari ballroom Dientara. Shaka mengajak Nashira untuk menjauhi keramaian dan pergi ke sisi lain dari gedung yang lebih sepi. Masih sambil menarik Nashira menuju sebuah vending coffee machine. Ia mengeluarkan uang dari kantong celana nya, kemudian mencoba memasukan ke dalam lubang kecil yang berada di sisi kanan mesin. "Kamu mau apa? Latte?" Tanya Shaka sambil menatap Nashira.

NashiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang