05. Welcome Home, Nashira

270 14 7
                                    

"Udah, siap-siap aja dimarah Mama, Bim." ujar Nashira sambil terkekeh pada Bima yang barusan saja memecahkan toples.

Bagaimana tidak, karena sibuk bercanda mereka tanpa sengaja memecahkan toples yang berada di mini bar. Calla tampak terkejut begitupun juga Bima sedangkan Nashira tampak asyik menyantap makanan nya di meja makan. Ibu nya yang tadi nya berada di halaman belakang, sudah bergegas mendatangi asal suara. Menghampiri keduanya dengan mata yang menyalang, mereka diam ditempat tidak bergerak.

"Astagfirullah." Ibu nya menggeleng dan berkacak pinggang, "Kali ini apalagi Bima, Calla? Bisa nggak sih kalian sehari aja nggak ribut? Pusing mama liat kalian ribut mulu." Ibunya menarik napas dalam, "Mama nggak mau tau, kalian berdua beresin!"

Bima menggaruk lehernya, "elo sih, kan kesenggol!" Calla menatap Bima garang, "Apaan, siapa suruh ambil handphone gue!" Jawab Calla tidak terima.

"Gue cuma mau lihat yang lo obrolin sama Bina apaan."

Calla menggeleng, "Privasi Bima! Lo kok mau tau banget urusan perempuan deh."

Nashira hanya tertawa, sudah lama ia tidak menyaksikan pertengkaran tom&jerry di rumahnya. Bima dan Calla hanya berjarak satu tahun. Mereka kerap kali bertengkar akan hal sepele karena rentang usia yang dekat.
Mereka pun sengaja disekolahkan Ibu nya serentak padahal Calla lebih muda satu tahun daripada Bima. Kalau begini rasanya Nashira sudah benar-benar dirumah jika mendengar teriakan Ibu nya terhadap Bima dan Calla. Welcome home, Nash!

Mereka masih saling menyalahkan satu sama lain, tidak ada yang ingin mengalah. Bukan hanya Ibu mereka saja, Bi Ema telah ikut menyusul karena suara mereka terdengar keras hingga halaman belakang. Mereka tidak menyadari kalau daritadi Ibu nya masih menatap mereka agar mulai membersihkan. Bi Ema yang takut pecahan kaca di injak, beralih menuju ruangan tempat penyimpanan sapu dan alat kebersihan lain.

Kembali nya Bi Ema dengan sapu yang berada di tangan kanan nya membuat Ibu nya langsung menggeleng, melarang Bi Ema untuk menyapu akibat perbuatan mereka, "Nggak usah, Bi, biarin mereka yang bersihin." Ujar Karin, ia menoleh pada Bi Ema. "Liatin aja mana yang masih ada pecahan kacanya, suruh bersihin."

Bi Ema mengangguk, kemudian memberikan sapu kepada Bima. "Ini sapu nya."

"Elo yang pecahin, elo yang beresin!" Sungut Calla tidak terima, "Apaan?! Ini kesalahan bersama ya, Calla!" Bima memberikan Calla sapu.

Ibu nya tampak menggeleng dan pergi kembali lagi ke halaman belakang rumah. Nashira tentu masih asyik menyantap makanannya sembari melihat Calla dan Bima yang masih bertengkar terkait siapa yang menyapu dan membuang pecahan kaca. Sesampainya di rumah tadi, Ibu nya telah menyiapkan masakan kesukaan Nashira. Perihal kepulangannya yang ditunda kemarin hanya mendapat omelan singkat, karena kedatangan Ayahnya akhirnya Ibunya mencoba berhenti mengomeli Nashira.

Ayah memang penyelamat bagi Nashira. Ketika Nashira diomeli, ia akan membuat Ibu nya berhenti untuk mengomeli Nashira. Ia juga yang membuat Ibu nya akhirnya setuju agar Nashira mengadu nasib di Ibukota. Hanya rumah dan orang-orang yang berada di dalamnya yang ia rindukan, selain itu sepertinya tidak ada. Yogyakarta memang tidak istimewa seperti dulu lagi. Disini memang banyak memori yang Nashira miliki.

Bukan sekedar memori baik, memori terburuk pun tercipta juga disini. Namun ini sudah berjalan empat tahun, Nashira tentu telah memaafkan segalanya. Perihal memori terburuk ia biarkan hanya tertinggal disini itu sebabnya kepulangan ke Yogyakarta membuatnya tidak ingin berlama-lama disini. Meneguk minumnya, Nashira akhirnya selesai makan. Ia masih setia memperhatikan kedua adiknya yang sekarang sudah bekerja sama untuk membersihkan pecahan beling.

NashiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang