18. Tidak Terduga

143 7 11
                                    

Nashira memeluk Seraphina sekilas, "Kalo udah sampe kabarin ya" Kali ini matanya mantap menatap Gibran sembari tersenyum menggoda, "Anter pulang sampe apartement, ya? Awas aja dia pulang sendiri!"

Gibran tertawa dan mengangguk, "Siap!" Ujarnya tegas.

Mereka telah masuk ke mobil dan melambaikan tangan singkat pada Nashira. Hari ini mereka pulang, kembali pada realita yang menunggu di Ibukota. Cuti mereka telah selesai hari ini sehingga mereka harus pulang pesawat terakhir ke Ibukota sedangkan Nashira masih terjebak di kota Istimewa sampai Ibu nya mengizinkan untuk pulang. Sindiran halus agar Ibu nya mengizinkan Nashira pulang, sejak kemarin tidak di hiraukan.

Ah, iya, hubungan Seraphina dan Gibran sekarang cukup membaik setelah beberapa hari yang lalu reuni singkat di rumah Shaka. Kepulangan mereka kali ini pun karena pembicaraan di rumah Shaka sewaktu itu. Tanpa sadar mereka membeli tiket di pesawat dan jam yang sama sehingga Gibran menawari Seraphina untuk pergi bersama sebagai bentuk permintaan maaf. Alasan, tentu saja. Nashira tahu itu semua alasan yang di katakan Gibran.

Ungkapan itu ia ketahui dari Baskara bahwasanya Gibran sebenarnya akan pulang empat hari lagi tetapi karena Seraphina pulang lebih dulu akhirnya ia membeli tiket yang sama jam kepulangannya dengan Seraphina. Nashira pikir mungkin Gibran ingin memperbaiki hubungannya dengan Seraphina. Mobil yang membawa mereka berdua sudah tidak terlihat di mata Nashira, ia akhirnya masuk. Di ruang keluarga, Ibu nya duduk bersama Calla sedang menonton.

Nashira mengambil tempat duduk di samping Ibu nya. Ikut menonton acara televisi mana yang membuat Ibu dan adik nya sampai fokus menonton. Ternyata setelah Nashira perhatikan, drama Korea yang membuat mereka diam seribu bahasa. Dari arah depannya Ayahnya baru saja datang dan duduk di samping Calla, ikut memperhatikan tontonan selama beberapa menit. Dari tempat duduknya, Nashira memperhatikan Ayahnya seperti berbisik kepada Calla.

Ibu nya pun turut melihat pergerakan Calla yang mengambil ponselnya, menatap suami dan anak bungsunya. "Kali ini kopi apalagi? Kopi kenangan? Laju? Couvee atau kopi apa?" Sebut Ibu Nashira sampai hafal kopi pesanan mereka.

"Di kulkas pada habis, Ma." Ayahnya mendekati Ibunya, "Calla tadi yang ngajakin beli."

Calla melongo, ikut mendekati Ayahnya kemudian mencubit dengan gemas. "Jangan fitnah aku! Papa yang dateng bisik-bisik bilang beli kopi yuk"

Ayahnya tertawa begitupun Nashira. "Boleh ya, Ma?" Izin Ayahnya, ia tampak menggoda Ibunya yang berakhir dengan anggukan, "Ayo Calla kita pergi ke laju aja. Kamu yang turun sekalian beli titipan kakak tadi, dia pengen martabak katanya." Ujar Ayahnya sembari melirik Nashira, iya, ayahnya menggoda nya.

Kali ini Nashira tertawa, "duh, kapan ya aku pesen martabak?" Kata Nashira pura-pura mengingat.

Begini kira-kira cara Ayahnya menganggu, ia terkadang kerap membuat kata-kata seolah ketiga anaknya menginginkan padahal sebenarnya itu keinginannya sendiri. Ibu nya sampai sudah hafal ketika Ayahnya mengatakan titipan sesuatu, itu hanya caranya saja bersembunyi di balik nama anaknya. Pasalnya Karin sedikit protektif mengenai apa yang masuk ke perut suami atau anaknya, apalagi menyangkut kopi yang sampai-sampai harus di jatah untuk konsumsi perharinya dan ini juga berlaku untuk Calla yang sebelas dua belas dengan suami nya.

Ayahnya berdiri kemudian menoleh, "Jadi kamu nggak mau nih?"

"Mau lah!" Kata Nashira mengangguk, "Aku juga mau kopi ya."

Ayahnya tersenyum kemudian hormat seraya pamit dengan Ibu nya yang sekarang hanya mampu menggelengkan kepala nya. Ayahnya maniak kopi sehingga selalu memiliki stock kopi di kulkas ataupun biji kopi. Sebagian dapur bahkan ditempati oleh mesin kopi milik Ayahnya. Ia bahkan bercita-cita ingin membuka kedai kopi sendiri jika sudah pensiun nanti. Bukan hanya Ayahnya, Calla juga sangat menyukai kopi. Maka dari itu, ketika persediaan kopi mereka habis, mereka akan pergi diam-diam membeli tanpa diketahui Ibunya.

NashiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang