10

491 94 7
                                    

Angin petang ini sedikit lebih kencang, bahkan dedaunan kering yang berserakan di atas tanah sedikit berterbangan.

Taehyung menghela napas. Menatap sekali layar ponselnya yang menggelap. Kepalanya menengadah menatap langit senja dengan beberapa kawanan burung tampak berterbangan di atas sana.

Taehyung setengah menoleh ke kanan ketika menyadari sisi sebelah itu terisi.

"Siapa?"

Taehyung mengangkat bahu acuh. Merebut air mineral dingin milik Jimin lantas meneguknya.

"Kali ini siapa? Haneul atau Jihye?"

Taehyung menutup botol minumnya lalu menghela napas. "Jihye."

Jimin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu mengambil botol minumnya dari tangan Taehyung. "Kau pengecut, Tae."

Taehyung menoleh. "Maksudmu?"

"Iya, dirimu pengecut. Mengencani dua gadis sekaligus secara diam-diam. Tak setia, pendusta dan sialan."

Taehyung mengernyit nyaris menyatukan kedua alisnya lantaran tak mengerti dengan perkataan temannya. "Aku tak mengerti maksud dirimu berujar demikian, Park."

Jimin mendengus kasar, lalu menatap Taehyung yang berusaha tak mempedulikan perkataan Jimin detik lalu. "Bagaimana dirimu bisa mengencani gadis lain sementara kau sudah memiliki kekasih?" Jimin menatap Taehyung yang tak ada ubah posisi.

"Jim, berhenti untuk—"

"Berbohong pada Jihye dengan alasan ingin pergi karena ada janji dengan Namjoon karena belajar fisika, padahal menemani Haneul membeli makanan kucing peliharaannya. Sering tak membalas pesan Jihye karena alasan dirimu malas, namun ketika ditanyai oleh yang bersangkutan, kau justru beralasan sedang fokus untuk ulangan harian yang bahkan tak ada ujian apapun kala itu. Berkata akan mengerjakan tugas kelompok yang padahal ingin mengantar makanan bersama Haneul untuk Bibinya. Dengar Kim, kau mengacaukan kencanmu dan Jihye hanya demi mengantarkan makanan untuk Bibi Haneul. Kau bahkan menolak ajakan Ibu Jihye untuk makan malam bersama dengan berbohong bahwa ada ini dan itu. Di mana akalmu, Tae."

Taehyung diam dan Jimin juga diam seraya menarik napas tak habis pikir menatap Taehyung.

"Kau tak tahu diriku, Jim."

"Kau yang aneh, Tae! Bahkan secara halus dirimu menolak keberadaan wanita yang masih setia menunggumu pulang kepadanya."

"Jimin, kau tahu bahwa aku hanya —" Taehyung diam, menjeda perkataannya lalu menundukkan sedikit kepalanya. "Aku hanya... bosan?"

Jimin kembali mendengus. Menyenderkan punggungnya pada kepala kursi panjang yang mereka berdua tempati.

"Aku juga tidak mengerti. Beberapa bulan ini aku sedikit merasa bosan dan seperti apa yang aku lakukan dengan Jihye hanya itu-itu saja, monoton. Aku—"

"Lalu dirimu ingin berbuat bagaimana? Mengajaknya melakukan hal tak senonoh? Membunuhnya atau bagaimana agar dirimu tak merasa bosan?"

Taehyung kembali diam sementara Jimin mencoba mengatur napasnya. "Dengar, Kim. Adakalanya dalam suatu hubungan salah satu pihak atau keduanya akan mengalami fase seperti itu. Bosan dengan hubungan yang sekarang. Namun di masa itulah kesetiaan seseorang diuji. Menguji seberapa besar cinta dan kasih sayang orang itu terhadap hubungan dan pasangannya."

"Aku tahu, tapi saat ini—"

"Jangan sakiti Jihye lebih dari ini, Kim Taehyung. Pertahankan hubunganmu dengan Jihye atau segera jauhi Jihye dan menetap bersama Haneul."

Lantas Taehyung kembali menatap langit yang mulai menghitam dengan menutup matanya seraya menghirup udara dalam-dalam.

Ponselnya berdering. Memunculkan pesan pop up yang menempati layar ponsel milik Taehyung.

JiyaJihye:
Hehe, okay. Nanti kabari aku lagi, Taetae.

Taehyung tengah dalam kondisi membingungkan saat ini.

[]

[A.N]: Kepanjangan untuk part ini:"

Udah follow?

ABOUT: LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang