19

511 83 0
                                    

Bagiku, Taehyung tak jauh berbeda dengan melakukan tindakan tidak berguna. Berdiam diri di depan pagar rumahku dengan tas ranselnya yang bertengger di punggungnya. Membiarkan mentari menyinari dengan cahayanya yang terik, tidak seperti beberapa hari kebelakang yang selalu di timpa air dari atas cakrawala.

Pria itu tahu bahwa diriku sedang tak ada kelas hari ini, maka sebab itu dia rela menunggu hingga entah sejak jam berapa— meski sedari awal memang telah berbuat demikian, menunggu tanpa hasil di luar sana. Melupakan kenyataan bahwa sesungguhnya seorang Kim Taehyung tidak bisa untuk tahan panas, jika pria itu membiarkannya, dapat di pastikan akan ada ruam merah di tubuhnya.

Ibu lagi-lagi menegur diriku pelan ketika aku berjalan menuju dapur guna mengambil minuman dingin di lemari pendingin. Aku tak mempedulikan perkataan Ibu yang tampak begitu khawatir pada pria Kim itu.

"Ingin sampai kapan kalian seperti ini? Saling menghindar satu sama lain bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah."

Aku meletakkan botol yang berisi air dingin itu ke atas meja kompor sedikit kuat hingga terdengar bunyinya.

"Sudah pernah aku lakukan, tapi dirinya tidak menyadari juga."

"Selesaikan segera, entah bagaimana keputusan akhir antara kau dan Taehyung nanti, Itu bukanlah masalah. Yang terpenting adalah, keadaan saat ini yang harus sudah berubah," ujar Ibu setelah menghela napasnya panjang.

Aku kembali melanjutkan minumku. Terhenti sejenak ketika membayangkan,

Apakah Taehyung tidak kepanasan?

[]

ABOUT: LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang