8. The Truth

492 83 2
                                    

Eunseo rasa semakin hari permintaan Juyeon semakin aneh-aneh, meski masih bisa diterima dengan akal sehat, tetap saja dia merasa bahwa Juyeon memperlakukan dia kayaknya seorang pembantu, bukan Sekretaris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eunseo rasa semakin hari permintaan Juyeon semakin aneh-aneh, meski masih bisa diterima dengan akal sehat, tetap saja dia merasa bahwa Juyeon memperlakukan dia kayaknya seorang pembantu, bukan Sekretaris.

Ya, itu memang membuat pekerjaan Eunseo tidak banyak, namun tetap saja Eunseo merasa tidak nyaman seperti ini.

Juyeon lebih sering melimpahkan pekerjaan yang seharusnya Eunseo kerjakan pada Sunwoo ataupun Changmin, kadang juga pada Kevin.

Dan hari ini, pagi ini Eunseo sudah berada dirumah Juyeon. Membuat Eunseo berpikir untuk apa sepagi ini dia sudah berada dirumah Juyeon dari jam 5 pagi tadi.

Meski kalau diingat ada saja kerjaannya karena Juyeon. Mulai dari menemani lelaki itu olahraga sambil membacakan pergerakan saham, bersamanya memberi makan anjing peliharaan milik Juyeon hingga menyiapkan perlengkapan kerja milik bosnya.

"Eunseo ?" suara Juyeon membuat Eunseo tersadar dari lamunannya, sedari tadi dia memang sedang melamun di ruang tengah rumah itu. Ia lantas segera berdiri lalu memasangkan Suit abu-abu yang sudah Eunseo pilihkan untuk Juyeon gunakan hari ini.

Setelah selesai, lelaki itu membalikkan badannya. Memberikan ruang pada Eunseo untuk memasangkan dasi padanya.

Jarak antar wajah mereka cukup dekat karena heels Eunseo yang membuatnya sedikit tinggi ketika bersanding dengan Juyeon. Bolehkan Juyeon jujur jika dia merasa sedikit... Gugup ?

"Kau sudah sarapan ?" tanya Juyeon basa-basi. Eunseo yang tengah fokus pada lipatan dasi Juyeon lantas sedikit mendongakkan kepalanya. Dimana kepala Juyeon yang tengah menunduk membuat jarak wajah mereka semakin dekat.

"B-bukankah anda yang memintaku untuk sarapan pagi dengan mu ?" tanya Eunseo balik. Ia gugup karena jaraknya yang terlalu dekat dengan Juyeon.

Belakangan lelaki itu memang terlihat sedikit aneh bagi Eunseo, hampir setiap makan siang dia mengajak Eunseo untuk makan bersama. Eunseo sendiri tidak memiliki cukup keberanian untuk menolaknya.

"Bagus kalau kau mengingatnya" selesai, Eunseo pun menjauhkan dirinya dari Juyeon.

"Tawaranmu cukup membuatku tidak merepotkan diri sendiri di pagi hari Presdir" Juyeon mengeluarkan salah satu tangannya dari saku celananya lalu mengarahkan tangannya itu pada pucuk kepala Eunseo dan mengusaknya kecil.

Tidak hanya rambut Eunseo yang berantakan, namun hatinya juga.

"Ayo" ajak Juyeon memberi isyarat pada Eunseo untuk segera menuju meja makan.

Dan kini Eunseo sadar, bahwa Juyeon memang kadang susah ditebak.

◻◻◻

Hari ini Minho datang lagi kekantor Juyeon, entah apa yang ingin Ia lakukan. Yang jelas saat ini Ia hanya terus bermain ponsel sambil merebahkan tubuhnya disofa diruangan Juyeon.

Membuat Juyeon cukup kesal melihatnya.

"Jika kau hanya ingin beristirahat lebih baik pulang saja, kau cukup mengangguku disini" ucap Juyeon yang secara tidak langsung mengusir keberadaan Minho di ruangannya.

Namun lelaki itu hanya diam, namun bangkit dari rebahannya yang cukup nyaman. Menelisik ruangan Juyeon sampai keluar. Hingga matanya kembali melirik Juyeon yang sedang menatapnya dengan tatapan yang tampak ingin memangsa orang.

Minho lantas menghela nafas lalu beranjak dari posisinya. "Aku pulang" pamitnya. Juyeon mengangguk samar dan membiarkan Minho keluar begitu saja dari ruangnya. Membuat Minho rasanya ingin mencekik leher Juyeon.

Namun, keluar dari ruangan Juyeon rupanya tak membuat Minho benar-benar langsung pulang. Eunseo yang sedang sibuk dengan layar komputer rupanya cukup menarik perhatian Minho.

Son Eunseo, ini saat yang tepat bukan ?

Ia lantas berjalan menuju Eunseo, tidak peduli itu akan menganggu Eunseo atau tidak.

"Son Eunseo ?" merasa terpanggil, Eunseo lantas menoleh. Mendapati rekan kerja bosnya menghampiri dirinya, Ia pun lantas menghentikan kegiatannya dan beralih pada Minho.

"Ya, ada apa ?" tanya Eunseo sopan, Minho tersenyum tipis lalu memasukan kedua tangannya pada saku celana miliknya.

"Kau ingat denganku ?" tanya Minho balik, cukup membuat Eunseo keheranan mendengarnya.

"Tentu, kemarin anda bertanya apakah Presdir ada didalam atau tidak bukan ?" Eunseo coba mengingat kejadian tempo hari dengan penuh keyakinan.

"Aahh, sebelumnya aku pernah melihatmu" aku Minho.

"Anda mengenal saya ?"

Minho tertawa remeh, "Son Eunseo , anak pertama dari Son Haru dan Choi Sooyoung, adiknya bernama Son Yori..." ucap Minho gantung yang membuat Eunseo terdiam mendengarnya.

"Bagaimana mereka ? Sudah tenang di alam sana ? Kenapa kau tidak ikut mati saat itu ?" tubuh Eunseo seketika panas dingin karena pertanyaan-pertanyaan Minho. Kejadian yang sudah setengah mati Ia lupakan perlahan muncul kembali diingatannya, bayangan bagaimana kejadian itu terjadi kembali membuatnya takut. Bibir Eunseo bergetar, air mata pun lolos begitu saja, tiba-tiba saja Ia jadi takut menatap Minho.

"Kenapa Eunseo ?- aah aku lupa, kejadian itu terjadi karena aku"

Hancur, Eunseo benar-benar hancur sekarang ketika sadar bahwa kecelakaan hari itu ternyata sudah direncanakan.

Tanpa berbicara lagi, Minho langsung pergi meninggalkan Eunseo sendirian dengan keadaan yang sangat syok dengan fakta yang baru Ia ketahui sekarang.

Mereka dibunuh, bukan murni kecelakaan.

"Ha- Eunseo !?" itu Juyeon, lelaki itu awalnya ingin meminta berkas yang sedang Eunseo revisi, namun panggilan lembutnya berubah menjadi sebuah pekikan ketika melihat Eunseo yang sudah menangis.

"Apa yang terjadi Eunseo ?" gadis itu menggeleng, tidak ingin Juyeon ikut masuk dalam masalahnya.

Juyeon melirik ke arah lift, dimana anak matanya masih melihat Minho yang baru saja tertutupi oleh pintu lift.

"Apa yang Minho lakukan padamu ?" kali ini Eunseo mendongak, Ia pun menggelengkan kepala sebagai jawaban. Tanda bahwa Ia benar-benar tidak ingin Juyeon tahu.

Juyeon menghela nafasnya kasar, mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. Cukup muak sebenarnya karena Eunseo tak kunjung mau menjawab dirinya.

Menyerah, Juyeon pun mengurungkan niatnya untuk meminta berkas pada Eunseo. Ia pun memutuskan kembali ke ruangannya, kembali lagi pada Eunseo nanti juga sudah lebih baik.

Namun tetap, kejadian barusan meninggalkan banyak pertanyaan dipikiran Juyeon, dan itu semua tentang Eunseo, lagi.

Tbc

Son Haru & Son Yori ? Mereka fiksi yaa

How To Love [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang