17. The Truth Painfull

468 77 3
                                    

"Selamat pagi Presdir ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi Presdir ?"

Entah kenapa pagi ini terasa begitu hangat bagi Juyeon, hanya tiga patah kata sapaan dari  Eunseo mampu membuat pagi ini jauh lebih hangat dari pagi-pagi biasanya.

Padahal Ia rasa pun tidak ada hal yang berbeda dari biasanya.

Eunseo langsung membersihkan telapak tangannya dengan tisu ketika Juyeon sampai dilantai bawah. Tangannya tergerak mengambil jas hitam yang sudah Ia siapkan untuk sang bos, begitu Juyeon membalikkan tubuh,  Eunseo   dengan cepat memakaikan jas itu pada atasannya. Begitupun tangan Eunseo bekerja pada dasi Juyeon.

Tanpa Eunseo sadari kalau Juyeon sedari tadi terus memperhatikan wajahnya, ekspresi ketika Ia memasangkan dasi milik Juyeon.

"Eunseo ?"

Perempuan itu mendongak, membuat waktu seketika berhenti ketika tak sadar bahwa mereka saling melempar senyum saat mata tidak sengaja bertemu. "Ya ?"

"Hari ini akan ada rapat untuk proyek di Jeju"

"Betul sekali"

"Akan ada Minho, kau tidak apa ?" Eunseo terdiam seketika, sampai dia tidak sadar bahwa kedua tangannya masih berada di tubuh Juyeon, tepatnya di dada lelaki itu. Raut wajah Eunseo   pun perlahan berubah menjadi khawatir dan takut.

Juyeon yang menyadarinya lantas meraih kedua tangan Eunseo di dadanya, menggenggam kedua tangan itu lalu menatap sang sekretaris. "Eunseo ?"

"Ya Presdir ?"

"Aku memang atasanmu, tapi jangan ragu jika kau ingin meminta bantuan. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu"

Alih-alih mengangguk, Eunseo justru bagai tersihir oleh tatapan dan ucapan Juyeon. Jika saja lelaki ini tahu yang sebenarnya, apa Ia masih mau membantu disaat dirinya kesulitan ?

◻◻◻

Juyeon dapat melihat dengan jelas bahwa Minho terus saja memperhatikan Eunseo disampingnya sambil tersenyum miring.

Sampai sekarang Ia bahkan masih tidak tahu apa mau Minho dari  Eunseo. Bagi Juyeon itu adalah urusan mereka, dia tidak berhak tahu apalagi mencari tahu.

"Eunseo ?" panggil Juyeon dengan suara berbisik.

"Ya ?

"Ambilkan berkas diruangan ku" Eunseo   lantas bangkit dari kursi dan meninggalkan ruang rapat. Sementara mata Juyeon tetap fokus pada Eunbi yang tengah mempresentasikan keuangan yang telah terpakai selama proyek ini berlangsung. Dan ini adalah pemaparan terakhir sebelum rapat berakhir.

Begitupun semuanya termasuk Minho yang dengan serius memperhatikan Eunbi didepan.

"Sekian dari saya, teri-"

"Tunggu!" Eunbi, gadis itu langsung melirik ketika Minho berdiri bahkan sampai memotong penutup presentasinya.

"Ada apa heojangnim ?" Minho menggeleng, tak lama Ia tersenyum lalu mengapa satu persatu petinggi yang ada diruangan rapat.

"Disini petinggi semua dan kalian pasti saling dekat" katanya membuat semua heran mendengarnya.

"Apa mau mu Lee Minho ?" kini giliran Juyeon yang angkat bicara. Ini yang membuat Ia kadang merasa risih dengan Minho, lelaki ini senang sekali mengangkat masalah pribadi ke dalam forum.

Minho hanya melirik, tidak mau mengindahkan ucapan Juyeon. Matanya malah kembali pada Eunbi.

"Hwang Eunbi, sampai kapan kau mau menutupi semuanya ?" semua yang berada diruangan itu menatap Minho bingung, terlebih Eunbi.

"Maksud anda heojangnim ?"

Minho tertawa sarkas, "bukankah kau tahu soal pembunuhan orang tua  Eunseo, sampai kapan kau menutupinya ?"

"Maksud anda ?" itu bukan Eunbi, melainkan Eunseo yang tiba-tiba saja ada di ambang pintu. Ia menatap Minho tajam, begitupun ketika tatapannya beralih pada Eunbi.

"E- Eunseo ? Aku -" Eunseo   berjalan menuju Eunbi, menatap sahabatnya itu meski dalam hatinya tidak ingin percaya dengan Minho.

"Selama ini kau tahu kalau dia yang membunuh orang tua ku ?" tanya Eunseo sambil menujuk Minho.

Eunbi bingung harus menjawab bagaimana, Ia ingin jujur, namun disisi lain Ia takut kalau dia jujur.

"Eunseo" Juyeon mendekati  Eunseo   , mencoba menahan perempuan itu agar tidak merajalela karena amarahnya. Semua yang berada diruangan hanya diam, mereka tidak mau ikut campur dalam masalah ini.

"Jadi benar selama ini kau menge tahui kalau Minho yang membunuh kedua orang tua ku ?"

Eunbi benar-benar tidak mampu menjawab apa-apa. Ia sangat takut, bahkan sampai Younghoon ikut mendekati kedua perempuan itu.

"HWANG EUNBI JAWAB!?"

"Aku mempunyai alasan kenapa aku menyembunyikannya Eunseo"

Eunseo tertawa miris, ulu hati nya sakit ketika mengetahui bahwa Eunbi tahu soal pembunuhan itu.

"See, kau mengetahuinya..." ucapnya gantung, "aku kecewa padamu" finalnya Eunseo membalikkan badan. Dimana ada Juyeon sedang menatapnya datar.

"Saya mau pergi"

"Biar ku antar" tahan Juyeon pada pergelangan Eunseo. Pertahanan air mata perempuan itu perlahan runtuh, Dengan gerakan sedikit kasar Ia melepaskan tangannya dari Juyeon

"Saya bisa sendiri" ucapnya lalu pergi meninggalkan ruangan yang langsung dikejar oleh Sunwoo.

Sementara Minho tersenyum puas melihat semuanya.

◻◻◻

Sudah hampir 10 kali ponselnya terus berdering, namun Eunseo   sama sekali tidak mau melihat apalagi mengangkat panggilan yang masuk. Eunseo tahu, itu Juyeon yang menelponnya.

Bisa dibilang Eunseo sedikit jahat pada atasannya, tapi Ia memang sedang tidak ingin di ganggu. Fakta baru yang terungkap soal kematian kedua orangtuanya cukup membuatnya terpukul, lebih-lebih soal Eunbi.

Dua tahun, bukan waktu yang sebentar. Eunseo tidak akan sekecewa ini jika itu Eunbi sendiri yang berbicara.

Masih dengan air mata yang membasahi pipi, Eunseo terus memasukan pakaiannya ke dalam koper. Ia harus pergi. Untuk sementara Ia perlu sendiri.

Tbc

How To Love [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang