20. Don't Wake Me Up

512 77 0
                                    

"Ini kamarmu, jangan sungkan jika kau memerlukan bantuan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini kamarmu, jangan sungkan jika kau memerlukan bantuan"

Juyeon menepuk-nepuk pucuk kepala Eunseo ketika membawa perempuan itu ke kamar yang telah disiapkan. Ya, Juyeon membawa Eunseo kerumahnya.

Mungkin dia tidak bisa bertanggung jawab dengan benar, dan Ia rasa inilah jalan terbaik. Kalau boleh jujur, Juyeon hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Dan menghamili Eunseo adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Namun mencintai seorang Eunseo   bukanlah hal yang bisa Ia lakukan begitu saja, bahkan Ia tidak pernah tahu soal perasaannya pada Eunseo, entah itu hanya sebatas rasa iba atau apa.

"Pres-"

"Berhenti memanggilku Presdir, kau bukan sekretaris ku lagi sekarang" Eunseo membeku ketika Juyeon mengatakan hal itu padanya, sungguh diluar dugaan lelaki ini akan menyahutnya seperti itu

"Anda marah ?"

Ya, Juyeon marah soal pengunduran diri  Eunseo. Namun Ia perlahan paham bahwa alasan perempuan itu mundur bukan karena tidak betah, tapi karena anaknya sendiri. "Menurutmu ?"

"Maafkan saya" Eunseo perlahan menundukkan kepala. Juyeon menghela nafas melihat betapa sensitifnya Eunseo   hari ini, apa hormon ibu hamil memang seperti ini ?

"Sudahlah, tidak usah dibahas. Istirahatlah" suruh Juyeon yang memilih untuk tidak membahas soal pengunduran diri  Eunseo. Pertama dia malas, kedua dia tidak mau mood Eunseo menjadi jelek.

Lagi pula hari sudah semakin larut, menurutnya tidak baik jika seorang ibu hamil masih terjaga hingga jam segini.

"Mandi, tidur" suruh Juyeon lagi, lalu setelahnya Ia pergi dari kamar yang Eunseo tempati. Meninggalkan perempuan itu dengan perasaan cukup bersalah di hatinya.

◻◻◻

Mencekam, itulah yang Juyeon rasakan pada bangun paginya kali ini. Bukan karena ada pembunuhan, pencurian atau apalah itu. Tapi karena Eunseo yang secara tiba-tiba membuka tirai kamarnya dan membangunkan dirinya dari mimpi indahnya hari ini.

Juyeon menyebut ini mencekam karena Ia tidak pernah dibangunkan, Ia selalu bangun sendiri. Baginya, dibangunkan dari tidur seperti hal yang menakutkan.

"Presdir, anda harus bekerja pagi ini" ucap Eunseo sembari tersenyum cerah, secerah mentari pagi ini.

Sementara Juyeon duduk bersandar pada Headboard sambil menatap perempuan itu sengit, masih tidak terima karena dibangunkan dengan cara yang menjengkelkan seperti yang terjadi barusan.

Eunseo yang melihat wajah Juyeon yang kurang bersahabat dihari yang cerah ini hanya tersenyum tipis. Ia tahu lelaki itu kesal. Tidak mau menambah suasana hati Juyeon semakin buruk, Ia pun memilih untuk diam.

"Wae ?" tanya Eunseo lembut sambil berjalan menuju kasur Juyeon, duduk diujung kasur sambil menatap lelaki itu lembut.

Namun sial, dimata Juyeon Eunseo   malah terlihat menggoda. Kalau sudah begini Ia tidak heran bagaimana mereka berdua bisa berakhir diatas ranjang ketika berada di Jeju.

Masih merasa kesal, tiba-tiba saja niat usil melintas di pikirannya.

Melancarkan aksi, Juyeon berusaha menetralkan ekspresi. Perlahan Ia mendekati Eunseo   lalu memeluk wanita itu, membuat posisi keduanya tampak seperti Juyeon memeluk Eunseo dari belakang.

"Presdir ?"

"Stt" desis Juyeon tepat ditelinga  Eunseo, membuat Eunseo merinding seketika. Oh tidak, bagaimana jika ini akan berakhir sama, batin Eunseo.

"P-presdir, anda h-harus segera pergi kerja" ucap Eunseo terbata, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Semua ini karena Juyeon.

Juyeon lantas melirik jam dinding yang ada di kamar nya, masih sangat pagi. Ia tersenyum miring, bermain dengan Eunseo sebentar Ia rasa menyenangkan. "Ini masih terlalu pagi untuk mandi"

Setelahnya, Ia pun menuntun Eunseo   agar duduk di pangkuannya, beruntung baginya karena Eunseo tampak tidak berkutik sedikitpun.

Posisi Ia dan Eunseo membuat tatapan mereka berdua perlahan beradu. Juyeon dapat merasakan kehangatan dari tatapan sang puan pagi ini. Entahlah, hatinya menghangat melihat ada seorang wanita yang menyambutnya pagi ini.

Meski awalnya Ia kesal.

Keduanya sama-sama terdiam, tatapan satu sama lain seolah saling menyihir. Juyeon rasa, sangat rugi jika hal ini Ia lewatkan

Perlahan, wajah lelaki itu mendekat. Menarik pinggang sang wanita agar semakin rapat padanya. Tangan sebelahnya mengangkat dagu Eunseo. Mengecup singkat bibir manis itu. kecupan itu kemudian beralih ke kedua pipinya, keningnya, mata, puncak hidung dan berakhir kembali dibibirnya. Mengecap panjang bibir itu, menuntun sang pemilik bibir untuk membalas perlakuannya. Menjadikan ciuman sepihak tadi menjadi lumatan-lumatan cukup mesra yang berperang didalamnya.

Eunseo yang merespon baik membuat Juyeon mengulas senyum disela ciuman panas mereka berdua pagi ini.

Ciuman itu perlahan turun menuju leher sang puan. Eunseo kalah, Juyeon benar-benar mampu membuatnya mabuk bahkan sepagi ini.

Merasa puas, Juyeon menghentikan keusilannya. Eunseo sdang hamil, Ia takut jika terlalu lama lagi justru akan membuat keduanya kembali melakukan hal yang tidak seharusnya.

Ciuman itu terlepas, wajah Eunseo terlihat sangat merah. Juyeon jadi gemas karenanya.

"Berhenti membangunkan ku pagi hari jika tidak ingin hal ini terjadi lagi padamu"

Tbc

How To Love [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang