"Lee Juyeon!"
Derap langkah kaki tegas nan elegan itu perlahan memenuhi ruangan yang berdinding kaca itu, membuat sang pemilik ruangan yang awalnya fokus pada setumpuk kertas dimeja kerjanya menoleh.
"Kenapa ?"
"Sudah satu bulan sesuai perjanjian, aku resign menjadi sekretarismu"
Juyeon menghela nafasnya jengah, matanya perlahan bergerak melirik kalender yang masih dapat Ia jangkau. Dan benar, sekarang tanggal 15. Tepat satu bulan setelah Chanhee mengajukan resign menjadi sekretarisnya namun Ia tolak.
"Kau masih mau bekerja denganku atau kau ku pecat" tanya Juyeon yang langsung mendapat pelototan dari Chanhee, "Ya! Jangan bilang kau masih mau memintaku menjadi sekretarismu ?"
"Chan-"
TAKK!
Sebuah map coklat langsung Chanhee banting didepan Juyeon bahkan sebelum lelaki itu selesai berbicara.
"Kau bisa memilih satu diantara mereka" sentaknya kecil pada Juyeon yang kembali membuat lelaki itu menghela nafas jengah pagi ini.
Masih pagi namun Chanhee sudah cukup menguras emosinya.
"Matahari bahkan belum benar-benar naik, bisakah kalian berhenti berdebat ?"
Ini satu lagi, sudah Chanhee, sekarang Hyunjae datang begitu saja memasuki ruangannya dengan pertanyaan yang kembali membuatnya emosi.
Jika saja Juyeon tidak membutuhkan kepintaran seorang Hyunjae mungkin sudah lama Ia memecat lelaki itu.
"Ah kau rupanya, daripada mengomeli diriku, akan lebih berguna jika kau membantu Presdir kita ini" titah Chanhee pada Hyunjae, sementara Juyeon mulai meraih map yang diberikan Chanhee lalu perlahan membukanya.
Dimana dalam amplop coklat itu Ia menemukan tiga buah foto lengkap dengan biodata yang sudah Chanhee susun.
Juyeon berdecak kecil tepat setelah membuka amplop itu. Dia pikir Chanhee akan merekomendasikan sekretaris laki-laki padanya, namun ternyata ekspektasinya salah. Semua yang kandidat calon sekretarisnya adalah Perempuan.
"Tidak ada lel-"
"Apa kau benar-benar takut pada perempuan!?" todong Chanhee to the point, ini salah satu hal yang sudah lama ingin dia tanyakan pada bosnya.
Namun selalu Ia urungkan karena memikirkan perasaan Juyeon jika ditanya seperti itu. Dan sekarang, ada sedikit rasa menyesal bertanya seperti itu pada Juyeon.
Itulah mengapa ada ungkapan berpikir dulu baru bertindak.
Juyeon yang tak menjawab membuat suasana mendadak canggung, hingga Hyunjae akhirnya mulai mencoba mencairkan suasana kembali.
"Ah, calon-calon sekretaris mu pasti sangat cantik" Hyunjae dengan segala usahanya memecah suasana canggung diantara mereka. Harap-harap agar Juyeon tidak memikirkan perkataan Chanhee barusan.
"Jiwon, Doyeon, Eunseo ?" gumam Juyeon sembari memperhatikan satu persatu dari ketiga foto itu.
"Kau mau menyeleksi mereka terlebih dulu ?" tanya Chanhee sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ada didepan meja Juyeon.
"Tidak! Aku ingin mereka langsung bekerja besok"
"Kau tidak sabar bertemu dengan sekretaris baru dan cantikmu ?" goda Hyunjae. Juyeon melirik lelaki itu sekilas lalu kembali fokus pada biodata yang tengah Ia baca.
"Kau tidak akan menyarankan nama-nama ini padaku jika kau tidak tahu skill mereka bukan ?" dengan cepat Chanhee mengangguk. "Jelas"
"Diantara mereka bertiga siapa jagoanmu ?" tanya Juyeon lagi yang langsung membuat alis Chanhee dan Hyunjae naik sebelah.
"Ya! Kau pikir ini pertandingan bola ?"
"Jawab saja!"
"In-"
"Aku ingin yang ini!" Chanhee rasa Ia belum benar-benar menyentuh biodata dan foto bernama Sohye, namun Juyeon sudah lebih dulu menyela dirinya dengan menunjuk foto dan biodata yang lain.
"Lalu untuk apa kau bertanya padaku ?" tanya Chanhee, namun Juyeon tidak menjawab. Ia malah sibuk memperhatikan foto berukuran 3x4 milik calon sekretarisnya yang bermarga sama dengan dirinya.
"Son Eunseo, dia yang akan menggantikan posisimu sebagai sekretaris ku"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Love [✔]
Fiksi Penggemar❝𝐟𝐭. 𝐋𝐞𝐞 𝐉𝐮𝐲𝐞𝐨𝐧❞ Kata orang-orang Lee Juyeon itu phobia perempuan. Bagaimana tidak ? Sepanjang menjabat sebagai direktur utama di perusahaan properti milik keluarganya Ia sama sekali belum pernah memiliki sekretaris perempuan. Hingga Cha...