Awalnya, Eunseo pikir rencananya untuk pergi dari hadapan Juyeon akan segera terealisasikan ketika sampai di Seoul. Namun, semuanya ekspektasinya gagal ketika lelaki itu tidak sengaja menahan pergelangannya, membuatnya kembali merasa deja vu.
Dimana kejadian beberapa malam lalu kembali terputar di pikiran nya.
Rencana Eunseo gagal ketika Juyeon memintanya untuk seminggu kedepan datang pagi-pagi kerumahnya. Saerim -pembantu Juyeon harus pulang karena orangnya meninggal.
Sebagai ungkapan turut berbela sungkawa Eunseo pada Saerim yang selalu membantunya setiap pagi, mau tidak mau Eunseo menuruti kemauan Juyeon.
Pagi ini, tidak tanggung-tanggung. Eunseo sudah berada di rumah Juyeon dari sebelum jam 5 pagi tadi. Ulah supir Juyeon yang menjemputnya pagi-pagi buta, disaat dimana itulah saat ternyaman untuk tidur.
Dengan wajah yang belum dirias sama sekali, rambut terurai bebas dan masih basah. Eunseo melangkah gontai masuk ke dalam rumah Juyeon. Nyawanya masih belum sadar seutuhnya.
Mendapati sofa empuk milik Juyeon, perlahan Eunseo menjatuhkan tubuhnya. Menarik nafasnya dalam lalu menundukkan kepala, pelan-pelan tangan Eunseo terangkat untuk menangkup wajahnya.
Yang tanpa Eunseo sadari kalau perlahan Ia mulai menangis. Rasanya dia ingin mati saja kalau sudah begini. Setengah mati berusaha menghindar dari Juyeon, namun semesta seolah memintanya untuk tidak lari.
Tangis Eunseo terlalu kuat sampai Ia tidak sadar kalau Juyeon sudah menuruni anak tangga. Kaget karena ada suara tangis pagi-pagi buta seperti ini.
"Eunseo ?" Eunseo tersentak, dengan wajah yang masih di tangkup berusaha Ia membersihkan wajahnya dengan tangan.
"Eunseo ?" panggil Juyeon lagi. Berpura-pura mengucek mata, Eunseo perlahan mengangkat kepalanya untuk menatap Juyeon yang memanggil dirinya.
"Ada apa Presdir ?" tanya Eunseo balik, agar Juyeon tidak curiga. Juyeon tampak menghela nafas kasar, memperhatikan Eunseo yang tersenyum padanya. Senyum terpaksa.
"Kau menangis ?" Eunseo menggeleng, "tidak"
"Lalu yang barusan apa ? Setan ?" tanya Juyeon dengan nada yang terdengar kesal. Itulah alasan kenapa Juyeon sampai turun kebawah. Dia hampir benar-benar berpikir kalau itu adalah suara setan.
"A-anda mendengarnya ?" tanya Eunseo terbata. Juyeon memejamkan matanya sejenak lalu mengangguk.
Tiba-tiba Eunseo merasa bersalah, sudah menganggu tidur atasannya. "Maafkan saya"
"Kenapa menangis ?" Eunseo diam. Perlahan Ia menundukkan kepalanya.
"Aku merindukan keluargaku"
Dibilang alibi tidak juga, setiap mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan Juyeon membuat Eunseo selalu teringat akan mendiang orang tuanya dan berujung merindukan kedua sosok itu serta Yori adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Love [✔]
Fanfic❝𝐟𝐭. 𝐋𝐞𝐞 𝐉𝐮𝐲𝐞𝐨𝐧❞ Kata orang-orang Lee Juyeon itu phobia perempuan. Bagaimana tidak ? Sepanjang menjabat sebagai direktur utama di perusahaan properti milik keluarganya Ia sama sekali belum pernah memiliki sekretaris perempuan. Hingga Cha...