Ini sudah seminggu semenjak bang Adit memberitahu soal kepulangannya yang tertunda. Selama seminggu ini pula aku mengurung diri.
Katakanlah aku lebay. Hanya karena kepulangan bang Adit yang di tunda, aku malah menyia-nyiakan waktu. Gapapa kalau kalian mau menghujat, saya persilahkan.
Tapi aku harus apa, egoku lebih dominan dari pada logika. Aku diam saja dirumah tanpa melakukan apa pun.
Jangankan mengajar, makan aja aku pesan lewat gofood. Entahlah aku rasa aku juga berlebihan, tapi bagaimanalah, aku terlalu capek dengan semua ini.
Fahmi bolak-balik datang ke rumah, namun tak pernah aku bukakan pintu. Hand phone sengaja aku matiin. Aku malas meladeni bang Adit yang selalu saja menerorku dengan perkataan maaf.
Seperti saat ini, aku hanya tiduran didepan tv. Toples-toples berisi makanan ku sekarang sudah habis, mau keluar rumah juga malas.
Aku kacau sekali saat ini. Entah apa yang dipirkan kepala sekolah saat ini, aku tidak ada minta ijin apa pun padanya. Terserah lah, aku lagi malas memikirkan semuanya.
Salahkan ayah yang menyeretku kesini. Kalau bukan karena ayah, saat ini aku pasti sedang disibukkan dengan kuliah S2 ku. Mereka egois membawaku ke kehidupan yang sekarang.
Kalau bukan karena ayah, aku tidak akan kesini dan bertemu dengan Adit.
"Aaahhhh sialan!"
Aku melempar toples cemilan yang sudah kosong kesembarang tempat. Peduli setan kalau dia pecah.
"Bresngsek brengsek hiks hiks"
Selalu saja begini, menangis dan selalu menangis. Aku juga gak tau kenapa aku bisa selemah dan sepengecut ini. Aku lari dari tanggung jawabku, aku lari dari masalahku.
"Aahhhhhh"
Aku membanting bantal yang berada dipangkuanku.
Tok tok tok
"Hanin buka pintunya, abang tau kalau kamu ada didalam"
Seketika badanku menegang. Itu suara bang Wahyu. Kenapa dia bisa sampai disini?, ah ini pasti ulah kepala sekolah karena sudah seminggu aku gak masuk.
"Hanin, kamu dengar abang kan?, ayo buka pintunya" pintu rumah digedor-gedor.
Namun kakiku rasanya malas walau hanya untuk beranjak kedepan.
"KALAU KAMU GAK MAU BUKA, BAKALAN ABANG DOBRAK SEKARANG!"
Aku berdecak sebal mendengar teriakan bang Wahyu. Dengan malas aku bangkit dengan pakaian yang masih acak-acakan.
Ceklek
Seketika mataku silau melihat matahari, maklum sajalah aku mendekam didalam rumah selama seminggu ini tanpa ada pencahayaan dari luar.
"Astagfirullah Hanin!"
Bang Wahyu mengguncang badanku dengan kuat.
"Apa sih bang!, sakit tau gak"
"Sakit kamu bilang?, kamu kemana aja seminggu ini hah?" Tak kupedulikan pertanyaannya, aku melongos masuk kedalam rumah.
"Kalau abang nanyak itu dijawab Hanin!" Aku berdecak sebal melihat wajah bang Wahyu.
"Ck, aku gak kemana-mana, di rumah doang"
"Kamu diam dirumah dan gak masuk kesekolah sudah seminggu, gila kamu!?"
"Iya aku gila, puas bang!?"
"Astagfirullah" bang Wahyu mengacak rambutnya kasar. Kesal mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIBAN (End)
ChickLitGak ada deskripsi, langsung baca aja hehehehe selamat membaca... Rank 1 #romantis (9/9.21) Rank 1 #romantic (14/11.21)