Sedari tadi aku grasak grusuk diatas tempat tidur. Udah beberapa kali mencoba mencari posisi terbaik untuk berbaring, namun tetap saja rasanya tidak nyaman.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Berarti sudah sejak sejam lalu aku diatas tempat tidur, tapi belum bisa memejamkan mata.
Aku bingung harus ngapain, mau mengerjakan tugas, tapi tugasnya sudah selesai tadi jam sebelasan. Sekarang aku harus apa biar mataku bisa terpejam?.
Aku membuang napas kasar. Aku mengambil hp dan lebih memilih menonton youtube, siapa tau nanti aku bisa tertidur sendirinya.
Bukan tanpa alasan aku gak bisa tidur seperti ini, mungkin karena selama seminggu ini kebiasaan ada yang kekepin kalau mau tidur, jadinya sekarang susah karena gak ada lagi.
Aku membuang jauh-jauh pikiran soal bang Adit, aku gak mau nangis lagi. Aku udah janji sama bang Adit gak bakalan nangis.
Dan benar saja aku akhirnya ketiduran setelah nonton youtube di hp. Aku terbangun setelah mendengar adzan subuh. Ku cas hp yang sudah mati karena kehabisan batre, lalu melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk wudhu.
"Pagi mah" sapaku pada mamah yang sudah berkutat didapur. Kalau kalian tanya kenapa ka Nisa istrinya bang Wahyu gak pernah didapur, itu karena dilarang sama bang Wahyu karena ka Nisa hamil.
"Pagi juga sayang. Gimana perasaannya pagi ini?" tanya mamah setelah memberiku pelukan sebentar.
"Udah lebih baik mah"
"Baguslah kalau begitu. Gak baik sedih mulu" aku tersenyum mengiyakan pendapat mamah.
"Ayah mana mah?" tanyaku karena aku gak melihat ayah diruang tengah. Biasanya pagi-pagi begini dia udah nemplok didepan tv menonton berita.
"Ada didepan lagi nyuci mobil"
"Ayah memang gak bisa dibilangin yah mah. Udah berapa kali Hanin bilang mobilnya diantar ke doorsmer aja, jangan dicuci sendiri"
"Kamu macam gak tau ayah kamu aja Nin. Udah, buatin aja kopi sama cemilan, lalu antar buat ayah didepan!".
Tanpa protes aku menyiapkan kopi hitam untuk ayah, tak lupa cemilan kue kering untuk temen ngopi. Dan benar saja, didepan ayah sedang mencuci mobil sambil sesekali bersiul. Aku geleng kepala, masih aja seperti kebiasaan sebelumnya, hanya menggunakan sarung dan kaos buntuk sebagai atasan.
"Diminum dulu yah kopinya" aku meletakkan kopi diatas meja, lalu ikutan duduk memerhatikan ayah yang masih menggosok mobil.
"Ih ayah dengar gak sih!" Sentakku lumayan keras.
"Astagfirullah Hanin!" ayah melotot kesal kearahku. "Kamu mau buat ayah cepat mati huh?" ayah berkacak pinggang menghadap kearahku.
"Habis ayah gak denger tadi Hanin ngomong" aku terkikik pelan melihat ekspresi ayah.
"Mbok yah jangan ngagetin juga lah, ayah kan kaget" ayah berjalan kearahku, lalu mengambil kursi satunya lagi. Membiarkan mobil masih penuh dengan busa sabun.
"Heleehh mentang-mentang tinggal di Jakarta sok-soan logat Jawa" cibirku pelan.
"Hehehe gimana, udah cocok gak?"
"Gak ada cocok-cocok nya yah. Udah mentok jadi orang Batak" bisa kulihat ayah bersungut mendengar jawabanku.
"Sesekali nyenangin orang tua kenapa Nin" ayah menyesap kopinya pelan. Aku gak menjawab.
"Ayah kapan pensiunnya sih?" tanyaku kemudian.
"Kenapa kamu nanya begitu, kamu gak suka kalau ayah masih kerja?" ayah meletakkan kopinya kembali diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIBAN (End)
ChickLitGak ada deskripsi, langsung baca aja hehehehe selamat membaca... Rank 1 #romantis (9/9.21) Rank 1 #romantic (14/11.21)