Sedari tadi mata bang Adit tak lepas memandangiku dari atas tempat tidur. Kemana aku bergerak, maka matanya juga ikutan bergerak kearahku.
"Abang ngapain sih liatin Hanin mulu!" aku berkacak pinggang didepannya. Jangan kalian pikir aku bakalan salting kalau diliatin terus sedari tadi. Yang ada aku malah risih.
"Abang cuman mau muas-muasin liat kamu doang dek." Aku mengkerutkan dahi mendengarnya. "Habis ini kan kamu berangkat kuliah, terus pulangnya pasti sore. Abang kan bakalan kangen nanti"
Cukup sudah. Aku muak sekali dengan drama pagi ini.
"Jangan lebay deh bang, kan Hanin bakalan ketemu sama abang nanti kalau udah beres kuliah"
Aku mendekat kearahnya lalu mengalungkan tangan dileher bang Adit. Aku gak tau kenapa sekarang aku malah seagresif ini.
Kupandangi iris matanya yang berwarna coklat, lalu sedetik kemudian aku menyunggingkan senyum terbaik dihadapannya.
"Jadi suami yang baik yah hari ini selama Hanin gak ada dirumah" mata bang Adit mengerjap mendengar omonganku.
"Pasti sayang" jawabnya lalu mengecup bibirku dengan pelan.
Aku memeluk dan menghirup dalam aroma tubuh bang Adit. Iya, semenjak pernikahan kami yang baru tiga hari, aroma tubuhnya seakan menjadi candu bagiku.
"Baik-baik kuliahnya yah, kalau ada apa-apa hubungin abang aja" aku mengangguk didalam pelukannya.
"Perlu abang antar gak?" aku mendongak menatap bang Adit.
"Gak usah bang, Hanin nanti masih harus ngerjain tugas, habis itu mau ke boutiqe juga. Biar Hanin bawa mobil sendiri aja"
"Yasudah ayo!. Abang antar sampe depan"
Kami bergandengan tangan kala menuju halaman. Tiba diruang tamu, mamah beserta istri bang Wahyu hanya senyum-senyum sendiri melihat kami. Untunglah bang Wahyu udah berangkat kerja, Rama juga udah ke sekolah. Kalau enggak, beuhh pasti bakal diledekin.
Tapi tetap saja mamah sama menantunya cekikikan sambil bisik-bisik. Pasti lagi ngomongin aku tuh.
"Udah ah, nanti kamu telat loh sayang" gerakan ku yang ingin menyamperi kembali mamah terhenti ketika bang Adit menarik lenganku keluar rumah.
"Hanin berangkat yah bang. Assalamu'alaikum"
Aku mengambil tangan bang Adit lalu menciumnya.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati yah dek"
Aku melajukan mobil, dan dapat aku lihat bang Adit yang masih berdiri didepan pagar, mengamatiku hingga aku menghilang dikelokan.
Seperti hari-hari biasanya, Awan udah setia nungguin aku didekat parkiran.
"Lama bangat sih lo Rin?, mentang-mentang penganten baru juga" cebiknya padaku.
"Yeuu si Bambang. Makanya nikah atuh biar bisa ngerasain yang enak enak" jawabku lalu merangkul badannya. Melewati area parkir yang sudah padat.
"Lo mah gak ada sopan-sopannya sama jomblo Rin" Awan mendengus sebal.
"Uluhuluh tayang tayangkuh" aku makin mengeratkan rangkulan pada Awan. Gemes sama dia kalau lagi ngambek gini.
"Gak usah manggil sayang segala lo. Udah punya laki juga" aku tertawa mendengar omongannya.
Namun ketika kami sedang berjalan dikoridor kampus, Awan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia memandangiku dari ujung kaki hingga kepala. Gak sampe disitu, dia bahkan berjalan memutari badanku.
"Lo ngapa dah Wan, takut gue sumpah" aku bergidik takut ada yang tidak beres dengan sekelilingku.
"Lo udah itu yah Rin?" tanya dia penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIBAN (End)
Chick-LitGak ada deskripsi, langsung baca aja hehehehe selamat membaca... Rank 1 #romantis (9/9.21) Rank 1 #romantic (14/11.21)