Perpisahan

4.5K 398 1
                                    

Semenjak aku ngamuk hari itu dikantor guru, gosip tentangku mulai berkurang. Yah walaupun masih tetap ada, namun tak ada yang berani terang-terangan didepanku.

"Nin kau beneran gak mau tinggal disini aja?"

Fahmi sedari tadi selalu menanyakan itu padaku. Iya, dia lagi ada di kontrakan aku sekarang. Merengek kayak anak kecil agar aku tidak usah pulang ke Jakarta.

"Lo gak bosan apa nanyak itu mulu dari tadi?" kesalku sambil menatap jengah Fahmi.

"Enggak" jawabnya enteng. Aku memutar bola mata malas padanya.

"Ngapain juga gue disini?. Mending balek Jakarta ada kerjaan"

"Yah kau kan bisa handle kerjaan dari sini juga sih Nin"

"Gue juga mau lanjut kuliah kalau lo lupa Mi" dia membuang napas kasar.

"Dah lah terserah kau aja!"

Fahmi berdiri,menghentak-hentakkan kakinya keluar dari kamar ku. Aku hanya bisa geleng kepala. Ternyata bukan disitu aja ulahnya.

Brukkk

Aku menoleh, dan ternyata dia dengan sengajanya menendang pakaian yang sudah aku susun rapi diatas lantai.

"FAHMI!" aku melotot tak percaya sama kelakuannya.

"Sorry Nin gak liat tadi" jawbnya cengengesan.

"Kepala otak bapak kau gak liat!." Belum sempat aku mengeluarkan kata kembali, dia udah lari dari kamar.

"Memang gak ada otak kau Mi!"

"Hahahahaha" dan hanya suaranya yang menggema diruang tamu. Memang sepupu not have akhlak.

                           🍭

Pagi ini aku cukup bersemangat. Aku memoles make up tipis dan memakai baju sedikit niat lah. Aku mau tampil cantik hari ini, mumpung hari terakhir ngajar.

"Cantik banget anak ayah" aku tersipu malu mendapat pujian dari ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cantik banget anak ayah" aku tersipu malu mendapat pujian dari ayah.

Semalam beliau memang udah sampai Medan, dan lebih memilih nginap di kontrakan aku.

"Boru siapa dulu dong" jawabku terkekeh.

"Ayo kita berangkat!" aku menyambut uluran tangan ayah.

Kami hanya naik motor ke sekolah. Rasanya senang banget, sudah lama sekali aku tidak berboncengan dengan ayah begini.

Sesampainya disekolah ayah tetap menggandeng tanganku, dan tentu saja aku juga menggandengnya dengan erat. Tak kupedulikan tatapan ingin tahu dari seluruh siswa/i juga para guru yang yang melihat kami.

Sesampainya didepan ruang kepsek, aku dan ayah berpisah.
Begitu masuk di ruang kantor guru, aku disambut heboh sama Hafit.

"Oii Karina!. Lu berangkat sama itu?" dan aku tau apa maksud kata itu yang dikatakan  Hafit barusan.

PARIBAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang