Bersamamu

6.8K 659 2
                                    

Aku menyusuri lorong ruang kelas yang terlihat sepi. Jelas saja sepi, karena sekarang ini sedang dilakukan proses belajar mengajar. Tepat didepan ruang kelas Xll Ips, terdengar jelas suara guru yang sedang marah. Aku yang sedikit penasaran melangkah lebih cepat agar sampai didepan pintu, dan benar saja ternyata yang dimarahi itu Rumanda.

Tanpa sengaja dia menatap kearah pintu dan tatapan kami bertemu. Disitu aku langsung melotot padanya, dia hanya cengengesan melihatku. Kali ini kenapa lagi dia?, padahal udah sebulan ini dia gak buat masalah, terus kenapa sekarang buat lagi?. Gak bisa dibiarkan, selepas jam pelajaran selesai nanti, bakalan aku introgasi murid nakal itu.

                          🍭

"Jadi bisa kamu jelaskan apa yang tadi ibu lihat didepan kelas kamu itu Manda?"

Disinilah kami, duduk didalam perpustakaan. Sengaja memang aku membawanya kesini. Biar nanti kalau aku marah marah, tidak ada yang melihat. Kan bisa jatuh mentalnya nanti kalau dimarahi dihadapan banyak orang.

"Yang mana bu?" jawabnya memasang wajah bingung.

"Owww jadi ceritanya kamu udah lupa?. Oke baiklah, akan saya beritahu gimana caranya biar kamu ingat kejadian tadi siang." Aku menggulung lengan baju berniat menakut-nakutinya.

"Iya bu iya. Udah.. aku udah ingat kejadian tadi" jawabnya sambil meringis.

"Owwww. Jadi bisa kamu jelaskan pada saya?" aku memasang senyum paling manis dihadapannya.

"Jadi gini loh ibuku sayang. Tadi itu aku gak buat masalah, suer deh. Cuman gurunya aja yang baperan makanya aku dimarahi begitu."

"Baperan gimana maksud kamu?"

"Jadi gini bu, dia kan menjelaskan nih didepan, nah waktu menjelaskan itu ada yang gak sesuai, jadinya ku protes. Terus dia gak terima aku protes, terus disuruh menjelaskan sesuai apa yang aku tahu. Nah aku sebagai murid yang gak goblok-goblok kali menjawab tantangannya. Eh pas aku menjelaskan sampai selesai para murid dikelas malah tepuk tangan, mereka bilang lebih paham sama penjelasan yang aku buat. Terus ntu guru gak terima, mungkin dia merasa malu kali yah, makanya dia malah marah samaku. Aku dibilang gak sopan lah, ini lah, itulah. Ah susah lah pokoknya bu."

Aku hanya manut-manut mendengar penjelasan Manda.

"Jadi kamu dimarahi hanya karena itu?." Dia mengangguk sebagai jawaban. "Jangan bohong kamu Manda, setahu ibu guru disini itu pintar pintar loh".

"Sumpah deh bu aku gak bohong. Aku gak ada bilang loh bu kalau guru tadi itu gak pintar. Yang dijelaskannya pun betul, cuman kan ada kesalahan sedikit, mungkin karena lupa juga. Nah aku kan niatnya cuman ngasih pendapat bu, gak lebih".

"Mungkin cara kamu menjawabnya itu gak bagus Manda. Pasti kamu tadi nyolot atau sombong kan pas jawabnya?" Mataku memicing mencari jawaban padanya.

"Hehehe sedikit sih bu. Tapi ibu jangan marah. Aku kan cuman balas apa yang dia buat. Siapa suruh coba jadi guru songong begitu."

"Lain kali jangan begitu Manda. Hargai dia, karena dia itu guru kamu. Dia pasti malu banget pas kamu bisa menjelaskan dengan tepat, apalagi yang menjelaskannya itu kamu. Kan kamu tau sendiri image kamu dimata seluruh guru disekolah ini itu gimana?. Makanya dia mungkin merasa direndahkan."

"Tapi kan bu?"

"Udalah kamu jangan begitu. Lain kali megalah saja, kalaupun nanti ada yang salah kasih tau dengan lembut jangan pake nyolot. Tapi kalau sama ibu, kamu boleh nge gas kalau nanti ibu ada salah dalam mengajar."

"Halah mana ada kesempatan nyolot sama ibu. Cara menjelaskannya saja sudah melebihi profesor, gimana mau nyari celah. Gini yah bu, si Dodit aja yang bloon matematika bisa mengerjakan soal kalau udah ibu yang menjelskan. Nah aku harus gimana nyari celahnya bu?" Jawabnya dengan prustasi.

PARIBAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang