Menikah

6.3K 412 0
                                    

Setelah kedatangan bang Adit kerumah malam itu. Ternyata acara pernikahan kami diadakan dadakan. Mumpung bang Adit dikasih libur selama sebulan.

Awalnya aku protes, karena saat ini aku masih harus fokus pada kuliahku. Namun bang Adit tetap kukuh akan niatan dia untuk menikahiku segera.

Setelah perdebatan alot, akhirnya aku setuju, namun dengan syarat sebelum lulus, aku akan menetap di Jakarta dan bang Adit di Medan. Iya, kami bakalan LDR an lagi setelah menikah.

"Kamu gak mau mikir ulang lagi dek?" tanya bang Adit untuk kesekian kalinya.

"Enggak bang, ini udah jalan paling bagus. Atau gak abang mau nunggu sampe Hanin lulus aja?" langsung saja kepalanya menggeleng tegas.

"Abang gak bakalan nunda pernikahan ini"

"Yasudah. Abang juga harus menerima konsekuensinya" bang Adit menghela napas.

"Yasudahlah mau bagaimana lagi" jawabnya lesu.

"Abang tuh musti kali buru-buru nikah" cibirku padanya.

"Abang gak bisa nunggu lebih lama lagi dek. Sudah cukup dua tahun ini abang mati-matian jauh dari kamu. Sekarang enggak akan lagi"

"Dih. Padalah mah nanti setelah nikah bakalan pisah lagi" bang Adit mendengus tiap kali aku mengungkit masalah kami nanti yang bakal kembali LDR.

"Yah gapapa. Nanti kan abang bisa berkunjung kesini kalau dihari Sabtu dan Minggu" jawabnya sambil senyum.

"Sejak kapan abang punya waktu libur?" tanyaku bingung. Pasalnya yang aku tau dia jarang sekali libur.

"Sejak bulan depan"

"Maksudnya?"

"Gini loh sayangku. Setelah mendapat tugas di Malaysia, jabatan abang sekarang udah naik. Jadi jam kerja abang juga gak sepadat dulu lagi. Udah ada junior yang bisa menggantikan abang"

"Beneran?" tanyaku tak percaya. Tapi melihat bang Adit yang mengangguk pasti, membuatku percaya padanya.

"Yasudah tidur sana. Abang mau pulang ke Hotel dulu. Besok pagi abang mau pulang ke Medan, buat ngurus semua yang kita perlukan" aku mengangguk, setelah bang Adit pamit pulang, aku langsung masuk kamar.

                           🍭

"Kampret!. Lo mau nikah Rin?" tanya Awan dengan kagetnya.

"Iya nih Wan. Laki gue udah balik dari Malaysia"

"Yah tapi masa buru-buru amat sih Rin. Kebelet kawin lo?" Aku menggeplak kepala Awan.

"Sembarangan lo kalau ngomong!" aku menatap garang pada Awan. Membuat dia menyengir minta maaf.

"Habisnya buru-buru banget njir. Gue aja masih jomblo, sedangkan lo udah mau nikah aja" Awan cemberut.

"Tapi perjuangan buat sampai kejenjang pernikahan ini tuh berat banget Wan" aku menerawang kembali jalan yang aku hadapi bersama bang Adit.

"Baru juga lamaran, eh tetiba calon gue ditugaskan ke Malaysia. Gue nunggu setahun dengan rindu yang menumpuk untuk menunggu kepulangannya. Namun ketika hari yang ditunggu tiba, datang lagi hambatan. Calon gue ditahan untuk setahun lagi disana. Kami hampir berpisah hanya karena masalah sepele itu. Namun pada akhirnya semua kami lewati dengan meninggalkan ego masing-masing dan memilih saling mendukung dan saling menguatkan"

Aku masih ingat betul betapa hancurnya aku kala itu. Betapa tak berdaya nya aku waktu itu. Sampai-sampai membolos dari kerjaan, mengurung diri dan bermalas-malasan dirumah seperti orang gila. Kadang menangis sendirian tanpa ada tempat untuk bersandar.

PARIBAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang