"Ko kamu diem aja sih?"
Chaca menoleh, menatap Dejun yang masih asik duduk dibalik kemudi nya.
Selepas kepergian Aheng, Chaca sesegera mungkin mengajak Dejun untuk segera berangkat, karna Chaca takut kesiangan, dan saat diperjalanan pun Chaca hanya diam, memandang jalanan di balik kaca mobil mewah milik Dejun.
Aneh, tidak bisanya Chaca diam membisu di samping pacar paripurna nya. Justru biasanya kan Dejun yang hanya diam melihat tingkah Chaca yang selalu aktif disampingnya.
"Marissa.. "
"Kamu ada kelas pagi jun?" Chaca membuka obrolan, mencoba mengalah melawan ego yang berteriak suruh diam.
Ada setitik rasa marah ketika melihat Dejun sekarang, entah apa alasannya, tapi Chaca mencoba menghalau rasa itu, sebab Chaca sadar Dejun adalah kekasihnya.
"Aku ada kelas jam 3 sore nanti.. "
"Ko kamu mau jemput aku sih?"
"Emang aku gak boleh jemput pacar sendiri?"
Senyum Dejun mengengembang, mencoba menggoda Chaca yang menatapnya dengan diam.
Seperkian detik Chaca hanya diam, menatap Dejun yang masih menatapnya menggoda di iringi dengan elusan nyaman di tangan kanannya.
Harusnya Chaca senang, atau setidaknya merasa menggelitik melihat Dejun yang sudah berani menggodanya dengan senyum manis andalannya.
Aneh, godaan Dejun kali ini tidak membuat Chaca berdebar.
"Gak biasanya.. Kamu kan jam segini biasanya masih tidur, atau gak jam 8 nanti kamu ada latihan sama band kamu kan?"
Netra hitam Chaca menatap tangan kiri Dejun yang masih asik memainkan tangan kanannya. Dejun memang beberapa kali cukup sering bersikap manis padanya---walau hanya berpegangan tangan---tapi kali ini rasanya sikap manis Dejun terlalu tiba-tiba.
Atau emang ada hal lain yang membuat Chaca tidak nyaman?
"Ga apa-apa, nanti abis anterin kamu aku langsung ke studio kok" Kali ini Dejun mengangkat tangan kanan Chaca dan menciumnya lembut.
"Nanti juga pulangnya bareng aku ya? Kamu tungguin aku selesai kelas"
Chaca menghela nafas pelan, membuang muka kearah jalanan yang terlihat cukup ramai pagi ini.
"Kamu kok aneh sih jun"
"Aneh kenapa?"
"Gak biasanya gini"
Dejun hanya tertawa pelan menanggapi tuturan Chaca yang blak-blakan.
"Bukannya ini yang kamu mau ya? Udah aku turutin loh"
Emang, kemarin-kemarin Chaca yang selalu nuntut Dejun untuk menjadi pacar yang semestinya. Tapi anehnya, saat Dejun merealisasikan hal ini Chaca malah terlihat tidak nyaman.
Chaca sejujurnya kebingungan, sikap yang Dejun ambil terlalu terburu-buru dan tiba-tiba.
Atau mungkin Chaca hanya belum terbiasa?
"Ini kan yang kamu mau? Ini udah aku turutin ca"
"Ini gak ada sangkut paut sama hal yang tadi malam kita bahas kan?"
Sialnya, Chaca bisa melihat Dejun menyeringai tajam.
Tadi malam mereka sempat berdebat perihal Chaca yang kata Dejun terlalu dekat dengan Aheng. Pahal udah puluhan kali Chaca menjelaskan bahwa dia dan Aheng hanya sekedar tetanggaan, tidak ada unsur apa-apa. Chaca dan Aheng saling bergantung karna saling menguntungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA-AN
TienerfictiePokoknya selain selera humornya, ga ada lagi yang bisa di banggain dari si Aheng-Chaca. © 8 Oktober 2020