─; 10

3.8K 434 34
                                    

.
.
.

Jungkook tidak bisa tidur malam ini. Kejadian sebelumnya saat di kantor membuat hatinya merasa tidak enak. Bisa-bisanya ia hanya diam ketika Taehyung memeluknya, bahkan yang lebih bodohnya lagi Jungkook merasa dirinya yang menempeli Taehyung ketika suasana sedang gelap gulita.

"Tenang, Jungkook ... tenang." Jungkook menarik napas pelan, kemudian menghembuskannya. Hatinya berdebar lagi jika mengingat moment itu.

Jungkook merutuki dirinya sendiri. Semua usaha yang ia lakukan untuk melupakan masa lalu dan memulai hidup yang baru terasa pupus karena pertemuannya dengan Taehyung.

Jungkook pikir dirinya akan biasa saja ketika bertemu dengan pria itu lagi. Bahkan Jungkook sudah menyiapkan jiwa dan raganya jika saja suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan Taehyung. Toh mereka sudah berada dijalan masing-masing, dan tak perlu lagi mencampuri kehidupan masing-masing walaupun dulu mereka pernah menjadi spesial.

Tapi sepertinya Jungkook masih menyimpan rasa dan berharap jika Taehyung juga menaruh perasaan yang sama sepertinya.

"Aish, tidak-tidak. Lupakan, Jungkook. Taehyung sudah mempunyai istri. Atau mungkin juga sudah memiliki anak." Jungkook berbaring menyamping, berusaha untuk tidur karena besok ia harus bekerja.

Tapi usahanya untuk tidur hanya sia-sia. Sangat sulit baginya untuk memejamkan mata dan mengarungi alam mimpi. Semua ini karena Taehyung.

"Kapan sih dia kembali ke Seoul? Kalau begini bagaimana caranya aku akan move on."

•••

Taehyung menghentikan kegiatannya ketika telepon di kantornya berdering.

"Ya?"

'Oppa, ini aku.'

"Ada apa?" Taehyung berujar malas. Sembari menyahut, ia kembali mengerjakan pekerjaannya dengan sebelah tangan yang memegangi telepon.

'Aku menghubungi nomor ponselmu, tapi tidak pernah kau angkat, makanya aku menelpon nomor kantor saja. Oppa, kapan kau akan pulang?'

"Belum tahu."

'Oppa, cepatlah pulang. Memangnya tidak rindu aku?'

Taehyung tidak menjawabnya.

'Oppa, coba sekali saja bilang padaku jika Oppa merindukanku. Ayo cepat.'

"Jihan, aku sedang sibuk."

'Oppa, please~'

"Ini masih jam kerja. Kau bisa menelponku lagi nanti."

'Kalau nanti pasti Oppa tidak akan mengangkat telpon dariku lagi. Ayo cepat Oppa, katakan jika kau merindukanku.'

"Jihan─"

'Sekali ini saja. Aku ingin dengar bagaimana jika Oppa mengatakan rindu dan juga mengatakan cinta padaku. Setelah Oppa mengatakannya, aku janji tak akan mengganggumu lagi saat jam kerja. Eoh?'

"Aku akan tutup telepon─"

'Oppa, please! Sekali ini saja, coba katakan 'Jihan, aku merindukanmu. Aku cinta padamu.', Ayo Oppa katakan itu padaku.'

The Truth MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang