(Foto hanya ilustrasi).
Lintang mengabaikan panggilan Lastri karena dia sudah malas mendengarkan pembicaraan Harjo tentang keinginannya untuk rujuk. Buang-buang waktu buatnya. Benci harus mengakui kalau benar Ambar tak pernah mau dekat siapapun setelah bercerai dengan suaminya. Bisa saja itu artinya memang wanita itu masih menyimpan cinta untuk mantan suaminya.
Bukannya tak ada lelaki yang ingin meraih hati Ambar. Lintang tahu persis kalau setelah menjanda, ada beberapa pria yang berusaha untuk mendekati wanita itu, tapi ibu dari ketiga anak itu tetap fokus untuk membesarkan anak-anaknya.
"Lintang! Tunggu!"
Pada akhirnya ia merasa kasihan pada Lastri. Tak bisa mengabaikan panggilan dari ibunya, ia pun menoleh.
"Ya, Buk."
Lastri tampak sulit untuk mengungkapkan isi hatinya, ragu yang ia rasakan untuk meminta putranya melakukan hal untuknya. Sampai Nonik menyenggol tangan ibunya dan memberi isyarat padanya.
"Ibu ingin sekali bertemu dengan Bima. Bisakah kau membujuk Ambar untuk mengijinkan anak itu bertemu denganku?"
Lintang mendecak mendengar pertanyaan dari ibunya. Sampai sekarang Lastri belum memahami Ambar.
"Ibuk ... bukan Ambar yang menghalangi Bima. Dia tak pernah menghalangi anak-anaknya untuk bertemu dengan Ibuk."
"Lantas kenapa anak itu tak pernah mau menemuiku?"
"Itu karena ..." Lintang melirik Harjo dan menelan kata-katanya kembali. Entah berapa kali dirinya merasa sedih memergoki Bima mengunjungi toko obat secara diam-diam hanya untuk melihat bapak kandungnya. Sedangkan bapaknya tak pernah sekalipun menanyakan kabarnya. Malah menganggap Bima adalah anak selingkuhan Ambar.
Lintang menghela nafas. Bila melihat kondisi Harjo sekarang yang duduk di kursi roda, ia merasa iba dan sulit menyalahkannya. Bagaimanapun pria itu saudaranya dan sudah menerima karmanya.
"Nanti aku usahakan bicara pada Bima, Buk. Mudah-mudahan ia mau mendengarkanku. Karena aku juga bukan bapaknya," tukas Lintang terdengar agak sinis.
Bukannya ia tak pernah mendengar gosip tentang Bima dan dirinya, hanya saja Lintang tak menanggapinya, sebab itu artinya sama saja dengan memberi ruang yang lebih lebar untuk para penggosip. Yang pada akhirnya nama Ambar juga yang jadi buruk.
"Pamit, Buk. Jangan lupa sering gerak-gerak," pesan Lintang.
Suasana hatinya menjadi sangat buruk sampai melupakan kotak tupperware yang dibawanya. Namun Nonik menyusulnya sambil membawa kotak tersebut sebelum ia menjalankan motor gedenya. Saudarinya itu mengatakan sesuatu tapi karena deru motornya yang sangat kuat, ia tak bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyonya Rumah. (Tamat)
Historical FictionSebuah kisah klasik drama keluarga. Ambar menikah dengan Harjo pada usia 17 tahun karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Wanita itu memberikan segalanya demi Harjo, cinta, tenaga, dan masa mudanya. Sepuluh tahun mengabdi pada keluarga Oetom...