Babak II : 1. Pertemuan.

1.7K 246 32
                                    

Mulmed :

Agustus 1974.

"Pulang? Sekarang? Kenapa? Bukannya kau betah di sini?"

Tante Rosa tampak terkejut dengan keputusan Lintang.

"Bapak sudah tua. Pengen membantu usahanya."

"Omong kosong, Mr. Lin. Bapakmu punya banyak anak. Tak harus kau yang meneruskan usahanya," balas Tante Rosa. Lintang menyeringai tajam. Dia tahu memang tak bisa mendustai wanita yang sudah membesarkannya. Terlalu cerdas.

Lintang nyengir sedetik saja lalu memasang ekspresi judes.

Tante Rosa menaikkan alisnya, mengawasi ekspresi anak angkatnya.

"Bicara! Atau kucubit!" ancamnya sambil memukul meja. Dia tak marah, tak pernah marah pada Lintang sejak dari dulu. Tapi gayanya memang begitu. Semaunya.

"Nggak ada apa-apa. Hanya kangen rumah," kicau Lintang.

"Nah!" Tante menjentikkan jarinya.

"Baru kali ini aku dengar kau kangen rumah. Kupikir kau mati rasa. Lintang ... jujur saja. Tiga tahun lalu sewaktu kau tiba-tiba ingin tinggal di London. Apa yang sedang kau sembunyikan. Kau datang dengan beban berat sampai sekarang pun masih. Tante tak pernah bertanya karena Tante paham, kau nggak suka dipaksa-paksa. Tante juga nggak mau mendesakmu. Tapi ... Ada apa, Lintang? Beban apa yang ada di pundakmu sampai kau kabur dari rumah?"

Tante bertanya sambil mengerutkan keningnya. Tampak jelas kalau sedang menguatirkan keadaan keponakannya.

"Katanya nggak mau mendesak, kenapa sekarang tanya?" cibir Lintang. Cemberut ekspresinya, mengejek juga.

"Biar Tante pikir dulu ..."

"Mulailah jiwa polisinya!"

Tante Rosa menopangkan dagunya di atas tangan tangannya.

"Ketika Henry membawaku kembali ke Inggris, kau tidak mau ikut. Kau bilang ingin tinggal bersama orang tuamu. Kau membuatku kecewa walaupun sebenarnya kau sesuai dengan harapanku, Mister Lin. Kau mempertimbangkan keluargamu dan tak pernah meninggalkan mereka. Sekalipun kau punya kesempatan untuk pergi dan tak menoleh lagi."

"Maksudmu ajakanmu waktu itu cuma ujian buatku. Sudah kuduga Tante orangnya nggak tulus," omel Lintang pura-pura sebal. Dia tahu bagaimana sikap Tante Rosa padanya. Orangnya kalau bicara memang suka begini, nusuk tapi sebenarnya kalimat yang keluar adalah pujian.

Kau sesuai harapanku.

Artinya dia juga sedang memuji dirinya sendiri yang telah berhasil membentuk karakter Lintang menjadi seperti yang sekarang.

"Sadar atau tidak kau berbeda dengan keluargamu yang lain. Kau punya kasih. Lastri nggak punya. Dia cuma bisa melahirkan banyak anak tapi tak bisa mengasihi."

"Tante ... aku rasa nggak baik membicarakan ibuku sendiri."

Tante mengangguk dan menyembunyikan senyumannya.

"Kau berusia setahun lebih atau dua tahun ketika aku berkunjung ke rumah Oetomo. Kalian belum sekaya sekarang. Lastri baru melahirkan adikmu."

Lintang menuangkan teh ke dalam cangkir berukiran milik Tante lalu setelahnya, dituangkan juga ke dalam cangkirnya. Melihat teh di dalam cangkir, ia tiba-tiba menginginkan kopi dari Indonesia yang harumnya khas. Di London agak susah mencari kopi Indonesia, kalau ada mungkin harganya mahal.

Nyonya Rumah. (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang