[XI]

40 7 2
                                    

Hari ini adalah hari pertama Chan bersama anggota timnya yang lain membimbing para murid akademi utama, kecuali Changbin karena pemuda itu harus membantu Pundu meningkatkan perlindungan kawasan wilayah kaum ksatria.

"Kalian urus saja perlengkapannya, untuk pemberitahuan ke murid serahkan padaku dan Jisung," ujar Felix dengan senyum lebar.

Jisung mengangguk, "Kami pergi dulu, dah!"

Si kembar berbeda hari itu lantas terbang melesat. Dengan segala rengekan serta paksaan dari Jisung, akhirnya Felix hari ini memutuskan untuk memakai sapu terbangnya. Mereka akan datang ke akademi dan menyebarkan gulungan pendaftaran yang wajib diisi seluruh murid.

"Ini adalah metode belajar di kaum hitam sebelum Kauli diangkat menjadi ketua," Chan menjelaskan pada Jeongin dan Seungmin sambil menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan.

Tiga orang itu berada di pusat kebutuhan kaum ksatria. Bahan ramuan, buku-buku mantra, sapu terbang, senjata dan semua yang sekiranya mereka butuhkan ada di sana. Pundu memberi tim itu akses khusus untuk mengambil apa saja yang ada di sana.

"Para murid akan dibagi menjadi kumpulan-kumpulan sesuai apa yang mereka bisa," Chan meniup buku yang berdebu, "Kumpulan peramu, kumpulan petarung, kumpulan pemantra, semua dipisah sesuai apa yang mereka ingin tekuni."

"Bukankah itu berarti kita tidak bisa melatih mereka di satu waktu, kak Chan?" tanya Seungmin.

Chan mengangguk, "Mungkin ini menyulitkan kita berenam, tapi ini adalah jalan paling efektif untuk melatih mereka. Aku sendiri buktinya,"

"Kau buktinya?" tanya Jeongin tak paham.

"Ya," Chan mengangguk, "Ketika aku kecil dulu, kaum hitam masih menggunakan metode ini. Teman-temanku yang bergabung dengan kumpulan peramu menjadi medis hebat juga anggota peneliti dan pembuat ramuan persediaan, teman-temanku yang bergabung dengan kumpulan petarung menjadi jajaran terdepan pelindung kawasan yang memastikan seluruh kaum hitam aman, teman-temanku yang bergabung dengan kumpulan pemantra menjadi tameng untuk kami semua dengan kalimat-kalimat ajaib mereka."

Seungmin yang awalnya sedang mengumpulkan anak panah berjalan mendekati Chan, "Kalau begitu seharusnya kau juga menjadi salah satu di antara mereka, kan?"

Chan tertawa kecil seraya menggeleng, "Semua temanku jauh lebih tua dari diriku, mungkin sekitar 12 sampai 15 tahun di atas usiaku."

Seungmin dan Jeongin saling pandang dalam diam.

"Kau dilatih sejak sangat kecil, kak Chan?" Jeongin mengerjap menatap Chan, menanti jawaban.

Chan mengangguk, "Sejak usia 5 mungkin, aku lupa."

Seungmin membolakan matanya, "Aku baru ikut pelatihan diusia 10," lirihnya.

Chan tersenyum, "Ada satu dua hal yang membuatku harus ikut berlatih diusia itu."

"Di kumpulan mana kau berada?" raut Jeongin berubah antusias, "Peramu? Petarung? Pemantra?"

Chan diam dan belum menjawab karena tengah fokus mengecek ketajaman pedang.

"Atau ada yang lain, kak Chan?" Seungmin ikut bertanya penasaran.

Chan menoleh sebentar sebelum kembali fokus pada pedang di hadapannya, "Sejujurnya, aku ikut semua kumpulan."

"Hah?!" Seungmin dan Jeongin refleks berseru.

Chan terkekeh, "Ya, aku ikut semuanya."

Mulut Jeongin terbuka lebar.

"Kak Chan," Seungmin mengatupkan mulutnya.

Mereka berdua sangat terkejut.

"Kumpulan terakhir yang aku ikuti adalah kumpulan peramu," Chan duduk di dekat dua anggota timnya, "Tidak lama karena Kauli diangkat beberapa bulan setelahnya. Oleh karena itu aku tidak terlalu ahli di bidang itu."

Czar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang