[XV]

40 7 5
                                    

Hyunjin duduk membisu di hadapan sungai. Gemericik air dan suara ringisan yang sedari tadi terdengar membuatnya termenung.

"Hyunjin?"

Hyunjin menoleh masih dengan wajah tanpa ekspresi nya.

"Kau tidak ada luka luar?"

Hyunjin menggeleng pelan, kembali menatap aliran air.

Minho naik dari sungai dan berjalan mendekati Hyunjin, "Kemari,"

Hyunjin bergerak menuruti permintaan Minho.

Minho mengarahkan tangannya ke titik-titik di tubuh Hyunjin yang tadi terkena serangan, cahaya hijau lembut mulai terlihat dari tangannya.

"Kapan ini berakhir?"

Minho tersenyum kecil mendengar pertanyaan Hyunjin, sudah menduga kata yang akan keluar dari mulutnya.

Hyunjin tertawa miris, "Mereka dulu bahkan selalu menghina kita, bilang tidak pantas jadi kaum hitam. Tapi kenapa sekarang kita yang dipersiapkan untuk penyerangan utama?"

Minho masih diam, mendengarkan segala keluh kesah yang ingin Hyunjin keluarkan.

"Kenapa juga mereka harus memaksa?" suara Hyunjin terdengar lirih, "Aku jelas lebih memilih mati daripada menyerang orang-orang yang bahkan tidak punya niat jahat padaku."

Minho tersenyum lembut, "Sudah selesai,"

"Kak Minho, aku lelah."

Minho menatap Hyunjin yang tatapannya tidak fokus. Anak itu terlihat sangat putus asa.

"Aku ingin kembali menjadi Hyunjin yang dulu, salah satu anggota tim kak Chan," Hyunjin menunduk, "Apa yang mereka pikirkan hingga melatih kita untuk melawan kapten tim kita sendiri?"

"Bagi mereka kak Chan telah berkhianat, Hyunjin," Minho duduk di sebelah Hyunjin sambil menatap aliran sungai, "Mereka merasa dihina."

"Mereka memang pantas untuk dihina."

Minho tertawa kecil, "Ya, kau benar."

Hyunjin mendengus, "Aku kesal sekali."

"Aku juga," Minho melempar batu-batu kecil yang ada di sekitarnya ke arah sungai, "Tapi kita tidak bisa melawan, Hyunjin. Setidaknya bukan sekarang,"

Hening kembali tercipta di antara mereka.

"Hyunjin, kau harus kuat," Minho menoleh ke arah Hyunjin, "Jangan biarkan dirimu termakan oleh perkataan mereka."

"Aku tau," lagi-lagi Hyunjin mendengus, "Aku benci sekali pada mereka."

Minho tertawa, "Aku juga."

Tak lama terdengar suara berisik dari belakang mereka. Hyunjin menatap ke arah sumber suara malas, "Oh ayolah, kenapa mereka terobsesi sekali menyerang kita."

Minho berdiri dan menarik Hyunjin, "Siap-siap, Hyunjin. Jangan sampai tumbang,"

Hyunjin dan Minho berlari menjauh. Suara berisik tadi terdengar semakin kencang. Orang-orang bertopeng hitam mulai bermunculan dari balik semak-semak.

"Hyunjin, mode peka!"

Hyunjin mengangguk dan mulai mengumpulkan fokusnya. Masih sambil berlari, Hyunjin berkelit begitu rungu nya mendengar suara lesatan anak panah.

Anak panah menancap pada pohon, meleset dari sasarannya. Pemuda itu berlari mendekati Minho.

"Berapa jumlah mereka?"

"Kurang lebih sepuluh," sahut Minho, "Dua pemanah, lima memegang pedang, sisanya tidak bersenjata."

Hyunjin berbalik lalu mengeluarkan kekuatan anginnya. Orang-orang yang mengejar mereka terhempas lumayan jauh. Melihat itu, Hyunjin kembali berlari menyusul Minho.

Czar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang