Siulan merdu sekumpulan burung bersama sinar lembut mentari menyambut Chan yang baru keluar dari tempat tinggal timnya. Hari ini timnya bebas, belum mendapat misi. Chan yang sendirian di kamarnya memutuskan untuk berkeliling.
Tadi pagi-pagi buta Changbin pergi ke pusat untuk menemui Pundu. Ketika matahari baru menyingsing, Felix pamit pergi ke salah satu akademi di sana, dia bilang akan menjadi pengajad kelas ramuan. Seungmin dan Jisung pergi bersamaan ke pasar, menyetok persediaan yang mulai menipis. Jeongin, anak itu pamit ingin bermain bersama Yujin. Mereka sangat akrab sekarang.
Kembali pada Chan. Pemuda itu sekarang tengah berjalan santai menyusuri pemukiman, sesekali tersenyum dan menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya. Sempat bingung ingin kemana, akhirnya Chan memutuskan untuk pergi ke penjara kaum ksatria. Mengunjungi Wooyoung adalah pilihan yang lumayan menyenangkan.
Omong-omong, di sini semua orang memang bebas mengunjungi tahanan, tapi tetap dengan pengawasan penjaga sel. Jika di kaum hitam tahanan akan dikurung dan dihukum agar jera, di sini tahanan biasanya akan dikunjungi beberapa orang yang berniat merubah mereka menjadi lebih baik.
Sesampainya di ruang sel Wooyoung—yang kebetulan sedang terbuka—Chan mengetuk pintu.
Dua orang di dalam sel menoleh, Wooyoung melambaikan tangan, "Hai kak Chan!"
"Hai," Chan tersenyum lalu mendekat, "Sedang apa?"
"Yeosang mengajariku beberapa hal tentang medis," jelas Wooyoung dengan senyum lebarnya, "Yeosang, itu kak Chan."
Pemuda yang dipanggil Yeosang itu berdiri dan sedikit merunduk, "Halo kak Chan, aku Yeosang," ujarnya dengan segaris senyum.
Chan balas merunduk, "Salam kenal."
"Kak Chan ada perlu datang ke sini?" tanya Wooyoung.
"Tidak, hanya berkunjung."
Wooyoung mengangguk, "Kunjungilah Haechan, dia masih marah pasal belatinya yang hilang," ujarnya diikuti kekehan.
Chan tersenyum geli, "Dia sedang di sel?"
"Tidak, dia sedang berlatih di lapangan belakang."
"Kalau begitu aku ke belakang dulu," Chan melambai kecil, "Dah."
"Dah," jawab Wooyoung dan Yeosang.
Chan kembali berjalan menyusuri sel-sel di sana, sesekali menyapa para penjaga yang sedang bertugas.
"Yo, Haechan!" sapa Chan begitu ia sampai.
Pemuda yang dimaksud menoleh, raut wajahnya berubah lebih riang, "Hoy kak Chan! Kemarilah!"
Chan tertawa kecil lalu berjalan mendekat, "Hai lagi, Yuna."
"Halo kak Chan," Yuna selaku salah satu orang yang diperintah untuk melatih Haechan balas menyapa.
"Kau sendiri melatih Haechan?"
"Tidak," Yuna menggeleng, "Aku bersama Sungchan, dia sedang mengambil alat latihan."
Chan mengangguk.
"Hei kak Chan, tidak bisakah kau meminta temanmu yang mungil itu untuk mencarikan belatiku?"
Chan tertawa, "Maksudmu Changbin?"
"Entah, aku tidak tau namanya. Pokoknya orang berwajah seram yang waktu itu menangkapku," wajah Haechan berubah datar, "Dia menghilangkan belatiku!"
"Kau bisa membuat lagi," ujar Chan dengan sedikit sisa tawa.
"Belati itu spesial, kak Chan. Dihadiahkan langsung oleh si cantik penjaga asrama," rengek Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Czar ✓
FantasySemua orang bisa menjadi kapten. Jalan keluar tidak hanya satu dan semua orang punya cara masing-masing untuk menemukannya. Tapi di antara banyak kapten, hanya beberapa yang bisa memimpin dan mempersatukan mereka. Pemimpin, sang pemersatu dua kaum u...