[III]

62 9 10
                                    

"Di mana danaunya?"

Chan terdiam, dalam hati menanyakan hal yang sama dengan Jisung.

"Kau menipu kami?" tanya Changbin tajam.

Bisakah Changbin tidak berprasangka buruk sehari saja pada Chan?

"Ini adalah gerbangnya," ujar Chan sambil memegang akar-akar pohon yang seakan berbentuk pintu, "Seharusnya danau itu berada tepat di depan kita. Itu adalah jalan dari terowongan, bukan?" Chan menunjuk ke arah sebuah lubang besar yang penuh dengan tanah.

"Ya," jawab Felix ragu, "Apa danaunya pindah? Tapi masa, sih?"

"Kita berpencar saja," ujar Changbin, "Temukan danau itu sebelum tim Jeno datang."

"Baik, kapten!"

Mereka berlima berpencar mencari keberadaan danau kristal di bawah hutan kabut yang begitu luas. Ketika yang lain serius mencari, Chan diam dan mendekati salah satu pohon.

"Kemana para penjaga hutan?" monolognya.

Seingat Chan, seharusnya ada minimal 2 makhluk yang menjaga danau karena banyak sekali yang memiliki niat tidak baik pada danau kristal.

"Hei!"

Chan menoleh dan segera berlari menuju sumber suara.

"Aku tidak jahat!" Felix terus lompat mundur menghindari serangan makhluk di depannya.

Makhluk tersebut bertubuh manusia namun besar dan sedikit berbulu, memiliki cakar, ekor, dan telinga menyerupai telinga harimau.

Menyadari lawannya tak kunjung terkena serangan, makhluk itu menggeram dan mengaum.

Chan meringis. Auman itu bukan pertanda baik. Chan berlari dan memblokir serangan yang hampir mengenai Felix.

"Argh," Chan memasang kuda-kuda agar tidak terjatuh, sebelah tangannya memegang tulang selangkanya yang terkena cakaran.

Makhluk di hadapan Chan semakin keras menggeram.

Changbin berlari dan mengangkat tangannya.

"Kapten, berhenti!" seru Chan.

Changbin tidak mendengarkan, tetap melayangkan serangan.

Lagi-lagi Chan memblokir serangan, jubah pemuda itu terbakar.

"Yak! Tolong, jubahku terbakar!" Chan berlari berharap angin bisa memadamkan api di jubahnya. Dengan terburu, Chan melepas jubah putih itu. Ia melihat sekeliling, mengambil seraup tanah, lalu dilemparnya ke arah api.

Api padam.

"Sudah ku bilang berhenti," Chan menatap malas Changbin.

Changbin mendengus, "Untuk apa kau memblokir seranganku?"

Chan baru saja ingin menjawab, namun tiba-tiba makhluk tadi mendorongnya hingga terjatuh.

Chan menggulingkan dirinya ke kanan ketika cakar makhluk di depannya hampir mengenai lehernya.

Makhluk itu menggeram, hendak kembali menyerang Chan sebelum sebuah seruan menghentikannya.

"Kak Yeonjun, tunggu!"

Semua yang berada di sana menoleh. Dari arah luar berlari seorang makhluk lagi, manusia dengan telinga menyerupai serigala.

Makhluk serigala itu menarik si makhluk harimau menjauhi Chan.

"Kau baik-baik saja, kak Chan?"

Chan mendongak, menerima uluran tangan si makhluk serigala, "Aku baik, terima kasih."

Czar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang