[VIII]

54 10 11
                                    

Seorang pemuda terus berlari di antara jajaran pohon. Sesekali dia akan menoleh ke belakang, memastikan musuhnya tidak mengikuti sehabis aksi penyerangannya tadi. Senyumnya timbul ketika tidak dijumpainya sang musuh dan ketika dia sadar tempat yang dia tuju sudah di depan mata.

Orang-orang yang sedang beraktivitas langsung menepi, memberi jalan pada pemuda yang terus berlari itu. Mereka menunduk, seolah jika menatap si pemuda maka akan terjadi kekacauan besar.

Brak....

Juyeon membuka kasar pintu ruangan di hadapannya. Dengan terengah, dia berjalan mendekati dua orang di depan sana.

"Lain kali masuk dengan lebih tenang," ujar pemuda yang rambutnya sedikit lebih panjang.

"Maafkan aku," sesal Juyeon, "Tapi aku membawa kabar besar."

Dua pemuda di hadapannya menoleh dengan alis terangkat.

"Chan masih hidup, tuanku."

Kauli—si rambut sedikit panjang—membolakan matanya. Ditolehkan kepalanya pada satu lagi pemuda di sana.

Jeno terdiam.

"Bukankah kau bilang dia terbunuh?" tanya Kauli.

Jeno mengangguk yakin, "Dia diserang beberapa kaum ksatria, tuanku. Aku tidak tau pasti karena dia dikeroyok banyak sekali orang, jadi dia tidak terlihat."

"Tuanku, bukankah berarti Chan telah berkhianat?"

Dalam diam Jeno mengeluarkan senyum miringnya, namun wajahnya kembali ke raut pertama sedetik kemudian.

Kauli menggeram marah, "Di mana anggota mu yang lain?"

"Kami kalah jumlah, tuanku. Mereka tertangkap," Juyeon menunduk.

"Anggota mu yang sebelumnya ditangkap?"

"Maaf tapi ku rasa mereka juga berkhianat."

Mata Jeno membola ketika Kauli tiba-tiba menyerang Juyeon sampai pemuda itu terlempar hingga pintu ruangan.

"Tahan, tuanku," Jeno menjulurkan tangan menahan Kauli yang ingin menyerang lagi, "Ini jelas bukan kesalahan Juyeon."

Juyeon terbatuk keras dan Kauli hanya menatap pemuda itu datar.

"Bagaimana kalau ternyata anggota tim Juyeon dihasut oleh Chan?"

Kauli masih diam.

"Kita semua tau seberapa sering Chan membantahmu," Jeno menurunkan tangannya, "Bukan tidak mungkin Chan berkhianat untuk menjatuhkanmu."

Kauli lagi-lagi menggeram.

"Siapkan tim, suruh mereka memata-matai kaum ksatria."

Jeno tersenyum penuh kemenangan begitu Kauli sudah berjalan menjauhi ruangan dengan emosi meluap. Sedikit berdecak, Jeno akhirnya membantu Juyeon yang sudah tidak sadarkan diri.

***

"Apa ini tidak sakit?"

Chan meringis ketika Wooyoung mulai mengobati lukanya, "Menurutmu?"

Wooyoung mengeluarkan cengirannya, "Maaf."

Haechan yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya diam mengamati.

"Kau harus minta diobati orang seperti Yeosang, kak," ujar Wooyoung, "Aku belum seahli itu dan ku rasa luka mu perlu pemeriksaan lebih lanjut."

"Ketika acara selesai, aku akan minta diobati Felix."

"Kenapa tidak sekarang?" tanya Haechan, "Aku bisa pergi untuk memanggil Yeosang atau Felix."

Chan menggeleng, "Festival masih berlangsung, biarkan mereka menikmatinya dulu."

Czar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang