Epilog

51 8 9
                                    

Kedua matanya mengerjap pelan, seketika sorot cahaya langsung menyerbunya. Diangkatnya perlahan tangan sebelah kanan untuk menutupi matanya, namun sayang tenaganya masih belum cukup membuat tangannya terhempas kembali.

".... bangun!"

"Hei...."

".... matanya ... dia...."

Keningnya sedikit mengkerut ketika ia samar-samar mendengar sesuatu. Kembali ia kerjapkan matanya, melawan cahaya yang seolah menyambut bangunnya.

".... Chan?"

"Apa ... saja?"

"Kak Chan...."

"Kak Chan?!"

Chan menyipit terkejut.

"Akhirnya kau sadar juga!" seru Hyunjin, "Hei, kak Chan betulan sadar!"

Telinganya menangkap suara rusuh tidak jauh dari mereka berdua. Penglihatannya masih kabur, Chan belum mengenali di mana ia berada.

"Chan?"

Chan menoleh ketika suara lembut yang begitu familiar itu menyapa indera pendengarannya.

Tepat di atas kursi di samping ranjang, Jihyo meraih tangannya sembari tersenyum begitu lembut. Chan ikut tersenyum, lega melihat Jihyo ada di sisinya.

"Bagaimana?" tanya Jihyo.

Chan membuka mulutnya, namun tak ada satupun kata yang berhasil ia ucapkan.

"Tidak apa-apa, kau baru saja sadar," tenang Jihyo, "Apa kau sudah merasa lebih baik?"

Chan diam sebentar sebelum mengangguk pelan, ia baru mengingat apa yang terjadi terakhir kali. Meskipun tubuhnya masih lemah, Chan tidak lagi merasa sakit berlebih seperti saat melawan kakaknya.

"Kak Chan tidak boleh begitu lagi,"

Pandangan Chan teralih begitu mendengar suara teguran. Didapatinya Felix yang sedang menatapnya tajam, pemuda itu tampak sangat kesal.

"Kau membahayakan dirimu sendiri," marah Felix, "Kau tidak membiarkan kami membantu, bahkan kak Changbin, kak Minho dan Hyunjin yang tentu saja kau tau bagaimana hebatnya tidak kau berikan izin."

Chan tersenyum, ingin sekali berbicara namun suaranya masih tidak keluar.

"Suaranya hilang? Rasakan," Felix lanjut mendumal, "Biar saja kau terus tiduran seperti itu dan hanya bisa mengangguk menggeleng."

Jihyo dan yang lain tertawa kecil mendengar omelan si pria peri itu. Felix yang khawatir sangat menggemaskan.

"Kak, minum dulu."

Chan menoleh ke arah Minho yang sudah menggantikan Jihyo duduk di sampingnya. Dibantu Hyunjin, pelan-pelan Chan duduk dan menerima bantuan Minho untuk minum.

"Satu jam dari sekarang kau harus makan dan minum obat," ujar Minho.

"Obatnya pahit, aku yang meracik, biar kau kapok," lanjut Felix.

Chan hanya tersenyum geli, "Aku baik," ujarnya dengan suara pelan yang begitu serak.

"Eh eh malah memaksakan diri untuk berbicara," Felix menatap tajam Chan yang malah terlihat lucu, "Diam."

Chan tertawa tanpa suara.

"Ku akui kau gila, kak," ujar Jeongin yang berada di ambang pintu kamarnya, "Tapi itu keren."

"Setauku, itu teknik turun-temurun keluarga kerajaan," Changbin menatap Chan penasaran, "Aku tau Pundu memang memiliki darah kerajaan, tapi kau?"

Pandangan yang lain juga langsung berubah persis seperti Changbin—oh tentu saja kecuali Jihyo. Chan menatap Jihyo seolah meminta bantuan, membuat wanita itu tersenyum.

Czar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang