[XII]

44 7 5
                                    

Tengah malam, ketiga kalinya Chan bertemu pria berstatus pamannya itu. Tapi pada pertemuan kali ini, walaupun satu jam sudah berlalu, tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara.

"Jika Kauli menyerang, apa yang harus ku lakukan?" tanya Chan yang akhirnya menyerah pada rasa penasarannya. Sebenarnya dari tadi ia begitu menahan pertanyaan itu karena kali ini, pamannya lah yang memintanya untuk bertemu.

"Hadapi," pria berbaju putih itu berbalik dan berjalan mendekati Chan, "Sadarkan."

"Bagaimana?" Chan mengacak rambutnya frustasi, "Paman tau seperti apa dia."

Pria di hadapan Chan memandang Chan dalam diam, "Ya, aku tau."

Chan balad menatapnya, "Jadi, aku harus apa?"

"Kau mengenal apa-apa saja tentang Kauli?"

"Tentu saja,"

"Lantas, apakah kau mengenal apa-apa saja tentang dirimu?"

Chan diam, tidak berkeinginan menjawab-lebih tepatnya menunggu pamannya untuk melanjutkan perkataannya.

"Kau harus mengenali dirimu," pria itu kembali berbalik dan sedikit menjauhi Chan, "Kelemahanmu, kelebihanmu. Kira-kira bagian mana dari dirimu yang bisa mendorong sifat keras kepala Kauli."

Chan masih diam.

"Aku tau kekuatanmu sudah kembali, Chan,"

"Yeah," Chan menatap kedua tangannya, "Tapi jelas belum sekuat dulu."

"Maka latihlah, gunakan ketika kau butuh. Jangan sembunyikan lagi,"

Chan menatap punggung pamannya terkejut, "Kau tau aku menyembunyikannya?"

Tidak ada sahutan.

Chan kembali menunduk, mengangkat kedua tangannya, menatapnya lamat.

"Aku punya firasat kurang baik," paman Chan berbalik dan berjalan mendekat, "Kau harus selalu siap, aku tidak bisa menahan Kauli."

Chan mendongak dan mengangguk.

***

"Kak Chan, bangun!"

Chan mengerjapkan matanya, bangun perlahan sambil menahan tangan seseorang yang mengguncang tubuhnya, "Ada apa?"

Felix, sosok yang membangunkan Chan kembali mengguncang tubuh anggota tertuanya itu, wajahnya tampak panik, "Ayo bangun dan cepat sadar! Ayo!"

Chan mengucek matanya lalu menatap Felix, "Sudah, sebenarnya ada apa?"

"Perbatasan di daerah Selatan diserang, kak Changbin dan yang lain sudah pergi ke sana."

Chan langsung berdiri saking terkejutnya ia, "Ayo kita pergi ke sana!"

Felix menahan lengan Chan. Chan menoleh dan menatapnya heran, "Kenapa? Kita harus cepat?"

Felix menggeleng, "Aku yakin mereka bisa mengatasi hal itu, Pundu menyuruhku untuk mengajakmu ke akademi."

"Akademi? Untuk apa?"

"Melatih para murid," Felix menarik tangan Chan keluar rumah dan segera membawa pemuda itu terbang, "Keadaan semakin genting, kita tidak tau bisa bertahan sampai kapan."

Chan mengangguk, "Omong-omong, bukankah wilayah ini sudah diberi pelindung? Mengapa daerah Selatan bisa diserang?"

"Pelindung masih utuh, sama sekali tidak tergores," Felix mencoba menjelaskan tanpa mengalihkan fokusnya dari jalan, "Ada penyusup, dia yang membuat kaum hitam bisa masuk tanpa merusak pelindung."

Czar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang