Chan membuka kelopak matanya perlahan, sedikit mengerjap karena cahaya yang masuk menusuk indera penglihatannya.
Di mana ia?
Chan bangun dari tidurnya dan melihat sekeliling. Ruangan yang ia tempati sekarang seperti kamar. Chan berbaring di atas dipan, sebuah lemari berdiri tak jauh dari sana. Di samping dipan terdapat sebuah jendela kecil berjeruji—oh, sepertinya ia sedang ada di dalam penjara.
Ah iya, penjara ksatria.
Chan menatap satu-satunya pintu di sana. Hey, sepertinya ini penjara VIP. Di tempatnya tinggal mana ada penjara seperti ini.
Penjara di daerah kaum hitam sangat suram, sama sekali tidak ada cahaya yang menyentuhnya kecuali dari obor kecil di ujung lorong. Kamarnya pengap, tidak ada dipan apalagi lemari, hanya sebuah kamar dengan rantai yang terikat ke tubuh orang yang dimasukkan ke dalamnya.
Chan tersentak kala mendengar suara gesekan besi. Apa ada yang sedang mencoba membuka gembok selnya?
Pintu terbuka menampilkan sosok pemuda bersurai pirang yang menatap kaget ke arah Chan. Pemuda bersurai pirang yang sama seperti yang waktu itu menemukannya di hutan perbatasan.
"Eh—" pemuda itu mengerjapkan matanya, "Kau sudah bangun?"
Chan mengangguk lemas, "Ya, seperti yang kau lihat," jawabnya dengan suara serak. Sepertinya tubuhnya belum ada peningkatan sama sekali semenjak kejadian penyerangan Jeno.
Pemuda di ambang pintu menatap nampan di tangannya, "Em, aku ingin mengobati lukamu."
Chan melihat ke arah nampan di tangan pemuda itu. Beberapa alat yang biasa digunakan ahli medis dan botol-botol berisi ramuan serta dedaunan ada di sana. Chan tersenyum, "Terima kasih mau mengobatiku."
Pemuda bersurai pirang itu menutup pintu dan berjalan mendekat, Chan duduk perlahan dari tidurnya.
"Omong-omong aku Chan," ujar Chan melihat pemuda di depannya yang tampak canggung. Mungkin pemuda itu takut karena ia berasal dari kaum hitam?
"Aku Felix," Pemuda itu mulai menumbuk daun, "Aku salah satu ahli medis di sini."
Chan mengangguk dan fokus melihat apa yang dikerjakan Felix.
Di daerah kaum hitam, ahli medis dilarang membuat ramuan atau mengobati seseorang tanpa pengawasan bawahan ketua mereka. Chan belum pernah melihat secara langsung seperti apa proses pengobatan karena sebelum ini ia tidak pernah terluka parah.
"Kenapa serius sekali melihatnya?"
Pandangan Chan naik dan mendapati Felix menatapnya heran. Chan tersenyum, "Aku belum pernah melihat proses pengobatan, jadi aku penasaran."
Felix mengerjap, "Memangnya di kaum mu tidak ada ahli medis?"
"Ada, tapi bekerja sepengawasan ketua kami."
Felix mengangguk lalu kembali mengobati Chan.
Sesi pengobatan itu ditemani keheningan. Baik Chan maupun Felix sama sekali tidak berniat membuka suara.
"Selesai," Felix merapikan apa-apa saja yang baru saja ia pakai, "Untuk pengobatan luka dalam, aku tidak ada izin. Maaf hanya bisa membatu sebisaku,"
"Tidak perlu meminta maaf, aku malah sangat berterima kasih," Chan tersenyum.
Felix menatap Chan kaget. Serius, Felix kira kaum hitam sangat seram dan ganas, kenapa Chan berperilaku seperti ini?
"Hei, ada apa?"
Felix mengerjap lalu menggeleng, "Ah, hanya bertanya-tanya."
"Tentang?"
Felix kembali menatap Chan, "Kau kan kaum hitam, tapi kau—entahlah, sebelum ke sini ku pikir kau akan langsung menyerangku dan berusaha melarikan diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Czar ✓
FantasySemua orang bisa menjadi kapten. Jalan keluar tidak hanya satu dan semua orang punya cara masing-masing untuk menemukannya. Tapi di antara banyak kapten, hanya beberapa yang bisa memimpin dan mempersatukan mereka. Pemimpin, sang pemersatu dua kaum u...