"Jisung, bangun! Cepat bangun atau ku bakar kamarmu!"
Chan mengerjapkan matanya perlahan. Ia bangun dari baringnya lalu langsung berjalan menuju luar kamar.
Ceklek....
"Kak Changbin tolong aku! Felix akan merubahku menjadi daging panggang!"
Chan termundur beberapa langkah ketika tiba-tiba Jisung melesat cepat di hadapannya.
"Yak! Jangan lari kau!" Felix ikut mengejar tak jauh dari Jisung.
Chan terkekeh, teringat anggota timnya di kaum hitam sana. Tanpa kata pemuda itu berjalan menuju dapur.
"Selamat pagi Seungmin,"
Seungmin menoleh dan memberi senyum, "Pagi kak Chan."
"Apa mereka berdua memang selalu seperti itu?" tanya Chan.
Seungmin tertawa kecil, "Ya. Lalu mereka akan berhenti karena teriakan kak Changbin—"
"Yak! Kalian berdua diam!"
Chan dan Seungmin menoleh bersamaan lalu tertawa. Jisung dan Felix sedang diseret Changbin seperti anak kucing, belakang kerah baju mereka diangkat tinggi-tinggi.
"Seperti itu," Seungmin kembali fokus ke kegiatan awalnya dengan sisa-sisa tawa.
"Ada yang bisa ku bantu?"
Seungmin menoleh, "Ya ampun."
Chan membalas pandang dengan heran, "Kenapa?"
"Sepertinya aku harus berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada Pundu," Seungmin menyerahkan pisau yang sedang dipegangnya, "Kau bisa memotong sayuran, kan?"
Chan mengangguk dan langsung mengambil alih kegiatan Seungmin.
"Kau sungguh berniat membantu?" cicit Seungmin.
"Ya," Chan menoleh, "Memangnya tidak boleh?"
"Tentu saja boleh!" Seungmin tersenyum lebar, "Terima kasih banyak! Aku jarang sekali dibantu jika sedang memasak."
Chan ikut tersenyum lalu kembali memotong sayur.
Di tim nya dulu, memasak adalah bagiannya bersama satu anggota timnya. Biasanya pagi-pagi begini Jeno akan berdebat dengan yang lain soal masalah sepele, masalah ukuran sendok contohnya.
Ah, Chan jadi rindu.
"Seungmin.... Apakah masih lama?" rengek Jisung.
"Jika ingin cepat kemari dan bantu aku," jawab Seungmin ketus.
"Baiklah, aku akan menunggu."
Felix tertawa. Setelah tawanya reda, pemuda itu menoleh, "Apa hari ini kita ada misi, kak?"
"Ada," Changbin mengangguk, "Tadi pagi Pundu memerintahkanku untuk mencari tau apa yang menyebabkan sungai di utara tiba-tiba beracun."
"Beracun?" ulang Felix, "Sungai biru yang indah itu?"
Changbin mengangguk.
"Astaga," ujar Felix lesu. Ayolah, sungai biru termasuk salah satu tempat favoritnya. Airnya juga segar, biasa dia gunakan untuk membuat obat.
"Kapan kita berangkat, kak?" tanya Seungmin.
"Sehabis sarapan," jawab Changbin, "Kita mungkin akan berpecah menjadi dua nanti."
"Baik,"
Sementara itu, Chan hanya diam sambil mendengarkan.
Seingat Chan, ketuanya di kaum hitam sempat membicarakan tentang sungai itu. Tapi waktu itu Chan sedang ada misi, ia tidak bisa mendengar rencana ketuanya itu sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Czar ✓
FantasíaSemua orang bisa menjadi kapten. Jalan keluar tidak hanya satu dan semua orang punya cara masing-masing untuk menemukannya. Tapi di antara banyak kapten, hanya beberapa yang bisa memimpin dan mempersatukan mereka. Pemimpin, sang pemersatu dua kaum u...