Yang mulai pindah kapal ... cung! :p
🌸🌸🌸
“Kupikir, kau sama sekali tidak ingin bertemu denganku lagi,” Carlos membuka pembicaraan, tepat saat seorang waitress datang mengantarkan berbagai menu pesanannya bersama Felicia. Gadis berambut panjang bergelombang itu membalas tatapan Carlos dengan begitu tenang.
“Maaf, Sir. Sebenarnya … saya tidak bermaksud menghindari anda. Saya hanya sedikit lebih sibuk selama beberapa hari terakhir,” sahut Felicia, berbohong. Tidak mungkin ia memberitahu kenyataan yang sebenarnya pada Carlos, sebab itu berarti ia harus membuka kenangan masa lalu, sekaligus memanggil luka yang selama ini membelenggu.
Meski tidak yakin akan jawaban perempuan itu, Carlos mengangguk-angguk juga.
“Sejak kemarin aku begitu ingin menghubungimu, hanya saja aku takut kau akan merasa terganggu. Ke depannya, apakah aku boleh meneleponmu sesekali?”
“Hm,” Felicia menganggukkan kepala, “tentu, Sir. Anda boleh menghubungi saya kapan saja.”
“Baguslah kalau begitu, aku lega mendengarnya. Ah ya, satu lagi…”
“Ada apa, Sir?”
“Di luar jam operasional kantor seperti ini, atau ketika kita sedang berdua saja, bisakah kau bersikap santai padaku? Maksudku, cukup panggil aku dengan namaku. Carlos.”
Felicia menatap lelaki di hadapannya dengan ragu. Dan seolah mengerti arti tatapan perempuan itu, Carlos tertawa kecil.
“Saat kita sedang bersama, kau selalu bersikap kaku. Santai saja, Felicia. Pelan-pelan, itu akan menumbuhkan kenyamanan di antara kita.”
“Baiklah, Sir. Saya mengerti.”
“Carlos.”
“Maaf … Carlos. Aku mengerti.”
“Nah, seperti itu.” Carlos tertawa senang. “Tidak sulit, bukan?”
Felicia menganggukkan kepala, mau tak mau tersenyum juga. Melihat itu, Carlos seketika terdiam. Ia memerhatikan wajah Felicia dengan saksama, membuat senyum di wajah perempuan itu perlahan menghilang. Dilayangkannya tatapan heran pada Carlos.
“Kau tahu, Felicia? Ini kali pertama aku melihatmu benar-benar tersenyum. Dan kau tampak … semakin cantik.”
Felicia meneguk ludah, wajahnya menghangat akibat ucapan Carlos. Perempuan itu cepat-cepat mengalihkan wajah, mendadak ia salah tingkah. Di hadapannya, Carlos justru tersenyum lucu. Saat sedang tersipu, Felicia benar-benar manis.
“Ayo kita makan,” kata Carlos kemudian, mencairkan suasana.
Felicia segera mengangguk.
🌸 🌸 🌸
Jill melempar pandangan pada jam yang menggantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan lewat pukul sembilan malam, namun Carlos belum kunjung kembali. Mendesah pelan, perempan itu kembali mengalihkan tatapan pada layar televisi.
Carlos tidak berbohong, ia benar-benar pulang terlambat.
Dalam hati, Jill masih menyimpan rasa bersalah. Bagaimana pun, perkenalannya dengan Carlos tergolong belum lama, bahkan belum memasuki hitungan tahun. Namun dengan lancang, ia justru menanyakan hal-hal bersifat pribadi—yang pada akhirnya membuat lelaki itu merasa tidak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Rose
RomantikFelicia Roselyn Adams memiliki seluruh kriteria wanita idaman Carlos Spencer. Bak sekuntum mawar putih, Felicia cantik, anggun dan elegan. Pembawaannya yang kalem dan misterius sungguh menarik hati Carlos. Hingga lelaki itu berusaha mengerahkan sege...