Felicia Roselyn Adams memiliki seluruh kriteria wanita idaman Carlos Spencer. Bak sekuntum mawar putih, Felicia cantik, anggun dan elegan. Pembawaannya yang kalem dan misterius sungguh menarik hati Carlos. Hingga lelaki itu berusaha mengerahkan sege...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jill membuka pintu kontrakan kecilnya, lalu berderap masuk dengan tergesa. Usai membuka sepatu dan meletakkannya di sudut ruangan, gadis itu segera melepas ransel berikut jaketnya, meletakkan kedua benda itu di atas kasur.
Dengan gerakan tidak sabar, Jill membuka ransel, mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam. Begitu benda berbentuk kotak itu berhasil dinyalakan, ia mendapati notifikasi berisi tiga panggilan video tidak terjawab.
Jill mendesah pelan, merutuki dirinya. Pasti, ia tidak mendengar panggilan tersebut akibat tertidur lelap di apartemen Carlos. Dengan cepat, Jill menekan ikon video pada kontak tersebut, berniat melakukan panggilan balasan. Tidak perlu menunggu lama, panggilan dijawab, dan layar ponselnya seketika menampilkan wajah tampan seorang pria.
Carlos memandangi layar handphone cukup lama, tepatnya pada daftar kontak yang menampilkan nama Felicia. Lagi-lagi, ia berhasil mengetahui nomor ponsel gadis itu dari data yang diberikan William.
Carlos mengembuskan napas perlahan. Ia begitu ingin menghubungi Felicia, namun mengingat respon yang ditunjukkan perempuan itu saat di lift beberapa jam lalu, meruntuhkan maksud hatinya.
Tidak, tidak bisa dengan cara seperti ini. Carlos merasa perlu untuk membangun kedekatan secara personal terlebih dahulu dengan Felicia, lalu meminta nomor ponsel gadis itu secara langsung. Dengan begitu, Felicia tidak merasa risih akan kehadirannya.
Baiklah, besok; Carlos akan melancarkan aksinya yang kedua.
🌸🌸🌸
Jam makan siang yang ditunggu oleh Carlos akhirnya tiba. Dengan bersemangat, usai membereskan meja kerjanya, lelaki itu berderap menuju kafetaria. Begitu sampai di tempat tersebut, pandangannya segera tertuju ke pojok ruangan, spot favorit Felicia untuk menikmati makan siangnya.
Carlos tersenyum miring. Usai menerima nampan berisi makanan dari pramusaji, ia segera membawa benda tersebut mendekati sang target.
"Hai," Carlos menyapa dengan ramah, membuat Felicia seketika mengangkat wajah. Gadis itu menatapnya tanpa ekspresi. "Apakah aku boleh duduk di sini? Sepertinya, tempat yang kosong sudah tidak tersedia."
Carlos tidak berbohong. Seakan semesta tengah berpihak padanya, seluruh kursi di kafetaria terlihat sudah berpenghuni.
Sejenak, Felicia mengitarkan pandangan, lalu menganggukkan kepala. Membuat senyum seketika terbit di wajah Carlos.
"Terima kasih," ucap lelaki itu. "Whoa, kita memiliki selera minuman yang sama."
Ucapan Carlos membuat Felicia segera melirik iced lemon teamiliknya, yang ternyata serupa dengan isi gelas lelaki itu.