Percaya atau tidak, meski tampilan dan karakternya terkesan berantakan, memasak bukanlah hal yang sulit bagi Jill. Sejak kecil, Jill sudah terbiasa melakukannya, sebab ia memang tidak dilahirkan oleh keluarga dari kalangan berada. Ia bahkan sudah turut membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah, saat usianya masih menginjak delapan tahun. Maka ketika Carlos berniat memberi ujian, gadis itu tidak keberatan sama sekali. Justru, ia merasa senang.
Dan sekarang, Jill tengah berada di dapur Carlos, memasakkan nasi goreng berteman omelette untuk lelaki itu. Berhubung Carlos biasa makan di luar, ia tidak memiliki simpanan bahan makanan dalam kulkas. Jadilah Jill hanya dapat menyajikan hidangan seadanya. Yang terpenting, Carlos hanya perlu tahu, Jill ahli dalam mengolah rasa.
Tepat saat Carlos menginjakkan kaki di ruang makan, Jill sudah selesai menata hidangan di atas meja. Aroma sabun mandi yang begitu menyegarkan seketika menguar, begitu Carlos berjalan melewatinya. Lelaki itu menarikkan salah satu kursi.
"Kau tidak makan?" tanyanya, saat melihat Jill hanya menyediakan sepiring nasi goreng.
Jill menggeleng. "Aku tidak suka nasi goreng."
"Oh, begitu."
Sembari menautkan jemarinya Jill bertanya, "Kau tidak berniat memesan pizza?"
Carlos menggeleng. "Aku tidak suka pizza."
"Tapi aku suka."
Gerakan tangan Carlos yang nyaris menyuapkan makanan ke dalam mulutnya seketika terhenti. Ia mengembalikan sendok ke atas piring seraya bertanya, "Lalu maksudmu, aku harus membayar sepiring nasi goreng yang rasanya belum tentu enak ini dengan sekotak pizza? Apakah menurutmu itu adil?"
Jill menggigit bibir bawahnya, lalu menampilkan senyum terpaksa. Ia menengadahkan telapak tangan, mempersilakan Carlos kembali melanjutkan aktivitasnya.
Carlos mendengus sebentar, lalu meraih sendok. Ia mulai melahap suapan pertama. Mengunyah dengan pelan, seakan berusaha meresapi rasa dari bumbu-bumbu yang Jill tambahkan ke dalam hidangan tersebut. Di sisinya, Jill berdiri dengan was-was.
"Ini seperti ... rasa nasi yang—"
"Digoreng." Jill menyahut cepat.
"Tentu saja digoreng!" Carlos menyahut sebal. "Maksudku, ini seperti rasa nasi yang ... dimasak oleh ibuku." Pada tiga kata terakhir, nada suara Carlos melemah. Membuat Jill mematung di tempat.
"Nasi goreng buatan ibuku, adalah salah satu makanan kegemaranku sejak kecil. Jadi, aku hapal betul rasanya," ucap Carlos. Kini, ia sudah menyantap suapan ketiga.
Jill mengangguk-angguk mengerti.
"Kau sendiri, mengapa sangat menyukai pizza? Apakah ibumu pernah membuatnya juga?"
"Tidak." Jill menggeleng. "Justru aku menyukainya, karena sewaktu kecil aku tidak pernah memakan pizza. Dan aku menyesal baru mengetahuinya setelah dewasa. Ternyata rasanya sangat enak."
Carlos tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menatap Jill sebentar, lalu kembali menyantap makanannya.
🌸🌸🌸
"Baiklah, kuberi nilai delapan puluh lima untuk nasi goreng buatanmu. Tugasmu besok, kau harus datang pagi-pagi sekali, memasakkan sarapan serta menyiapkan pakaian kerjaku. Itu akan menjadi ujianmu yang kedua."
Jill tersenyum mengingat ucapan Carlos beberapa jam lalu, saat ia masih berada di apartemen lelaki itu. Tepatnya, usai Carlos menyantap nasi goreng buatannya tanpa sisa. Dan dari nilai yang Carlos berikan, ia tampak cukup menyukai masakan Jill.
![](https://img.wattpad.com/cover/231266036-288-k362310.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Rose
RomanceFelicia Roselyn Adams memiliki seluruh kriteria wanita idaman Carlos Spencer. Bak sekuntum mawar putih, Felicia cantik, anggun dan elegan. Pembawaannya yang kalem dan misterius sungguh menarik hati Carlos. Hingga lelaki itu berusaha mengerahkan sege...