BAB 5

2.8K 494 133
                                        

Pagi-pagi sekali, Jill sudah berada di apartemen Carlos. Seperti biasa, ia membersihkan tempat tersebut, menyiapkan pakaian kerja lelaki itu, serta memasakkan sarapan. Jill berderap menuju dapur, hendak membuatkan roti panggang. Saat pandangannya tertuju ke meja makan, gadis itu tertegun.

Piring berisi beef steak yang ia siapkan malam tadi terlihat sudah kosong. Lantas, Jill cepat-cepat Jill memeriksa tong sampah. Ingin tahu, kalau-kalau Carlos membuangnya. Dan ternyata, potongan daging itu tidak ada di sana.

Jadi, Carlos memakannya? Jill bertanya dalam hati.

"Maaf, semalam aku pulang terlambat."

Tahu-tahu, Carlos sudah berdiri di belakang Jill. Lelaki itu telah siap dengan setelan kerja yang rapi, kini ia tengah memperbaiki kaitan dasinya.

"Aku lupa sudah memintamu menyiapkan makan malam."

Jill mengangguk. "Tidak apa," sahutnya, seraya berjalan mendekati pemanggang roti.

"Hari ini, cukup roti selai biasa," sergah Carlos.

Jill mengangguk mengerti. Ia mengambil dua lipat roti tawar, mengolesinya dengan strawberry jam, lalu meletakkannya di atas piring. Kemudian, ia menggeser piring tersebut ke hadapan Carlos.

"Tadi malam, kau pulang jam berapa?" tanya Carlos seraya mulai melahap rotinya.

"Seperti biasa," Jill menyahut singkat. Ia mengambil sebuah cangkir, membuatkan kopi untuk Carlos.

Carlos mengerutkan dahi. Jill tampak berbeda hari ini. Padahal, biasanya ia sosok yang ceria dan banyak bicara.

"Kau marah?"

"Hm? Untuk apa?"

"Karena ... soal tadi malam, mungkin? Aku pulang terlambat?"

Jill tersenyum, merasa lucu. Sembari meletakkan cangkir berisi kopi ke hadapan Carlos, ia berkata, "Memangnya kau siapa?"

Carlos melongo, lalu menatap sebal pada gadis itu. Ia berusaha menahan tangannya untuk tidak melemparkan roti tersebut ke wajah Jill. Seakan teringat sesuatu, lelaki itu mengambil ponsel dari dalam saku jas, lalu menyerahkannya pada Jill.

"Masukkan nomer ponselmu."

"Untuk apa?"

Carlos mendengus. "Kau berniat kerja atau tidak?"

"Jadi, kau sudah menerimaku?" Jill hampir memekik senang. Ia segera berderap ke sisi Carlos, mengguncang lengan pria itu dengan penuh semangat. "Sekarang, aku sudah resmi bekerja untukmu? Begitu?"

Carlos berdecak, guncangan pada lengannya benar-benar mengganggu. Maka ia berupaya melepas tangan Jill. "Ya, ya, aku sudah menerimamu."

"Sebagai istri?"

Carlos segera menoleh dengan mata mendelik. "Kau sudah gila?"

Tawa Jill berderai keras. Ia bahkan melompat-lompat saking girangnya. "Terima kasih ... Tuan? Apa mulai sekarang aku harus memanggilmu seperti itu? Tuan Carlos?"

"Tidak perlu," Carlos mengibaskan kelima jarinya dengan cepat. "Cukup Carlos. Bertingkahlah sebagaimana biasanya. Tidak ada yang berubah, selain kau harus rutin membersihkan tempat ini dan menyiapkan makanan."

"Baiklah!" Jill menyahut riang. Mendadak hatinya begitu senang.

Untuk sejenak, Jill bahkan mampu melupakan pertengkarannya dengan Eric malam tadi, yang membuatnya kehilangan semangat sejak terbangun pagi.

🌸 🌸 🌸

Maaf.

Jill mengetikkan satu kata itu pada layar ponselnya. Setelah berpikir selama beberapa detik, gadis itu kembali menghapus rangkaian huruf tersebut.

My Beautiful RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang