Chapter 11 || Pelukan hangat☀

71 27 64
                                    

Maaf banget aku upload secepat ini🥺
Sebenernya mau aku jadiin Chapter 10 b tapi aku jadiin Chapter 11. Karena ini masih 1 adegan sama Chapter 10.
(Biar gak penasaran🤪)

Pokoknya kalian wajib sambil denger mulmed yang udah aku kasih ya!
Kalau belum punya buruan download biar gak nyesel wkwk.

Katakan Saja - Khifnu (cover)
.
.
.
Putri Delina ft. Khifnu

________________

Buruknya, Aku mencintai seseorang. Yang tak tahu hatinya untuk siapa

-Freya Anandita-

Gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang itu tengah terduduk di kursi belajarnya seraya memegangi pena hitam miliknya, ditemani dengan kegelapan malam yang terasa sunyi dan hampa.

Saat malam datang dengan kesunyian, malam terasa begitu panjang. Atas langit malam yang selalu membuatku merasa nyaman dan tenang, langit malam yang selalu menemaniku didalam keterpurukan.

Aku hanyalah sosok gadis kaku. Gadis lemah, yang selalu berpura-pura bersikap kuat didepan semua orang. Gadis yang hanya bisa meratapi nasibnya didalam kegelapan. Gadis yang hanya mampu menangis dalam diam. Dan itulah aku, Freya Anandita.

Bersama kertas putih dan pena hitam yang menjadi saksi aku bersama kegelapan malammu. Hanya bersamanya, aku dapat menumpahkan isi hatiku. Bersama rasa sesak yang tak tertahan. Aku sakit. Pada hati yang menanti, menghapus jejak kaki dan jalan-jalan kerinduan yang melegam kenangan. Bersama kamu yang hanya berada didalam ilusi ku.

Gadis itu meletakkan penanya kembali disamping sisi buku cetak berwarna biru muda. Tak terasa, perlahan air mulai berjatuhan, bersamaan kilat yang mampu menyadarkannya. Gadis itu membiarkan tangisnya tenggelam bersama rintikan hujan yang tiap detiknya semakin deras. Seakan hujan tengah berteriak mengeluarkan pilu.

Setelah beberapa detik, tangannya mulai mengusap kedua pipinya, menyeka hidungnya yang hampir tersumbat. Tatapannya teralih ketika melihat boneka beruang mini berwarna coklat. Warna coklat itu sudah sedikit memudar. Itu adalah boneka pemberian dari seseorang yang amat ia cintai. Boneka itu memiliki kenangan termanis yang gadis itu punya.

Gadis cantik itu mulai meranjakkan kakinya berdiri dengan membawa boneka beruang mini tadi. Berjalan ke jendela kamarnya. Membuka perlahan kedua sisi hordeng dengan jari-jemarinya. Menatap sunyinya malam tanpa bintang-bintang kecil.

Kemudian ia memeluk boneka beruang itu dalam, seakan semua rasa sakitnya mampu terobati, seakan semua rasa rindunya mampu meredam.

Perlahan, satu telapak tangannya mengayun pelan mendekati kaca jendela kamar. Membiarkan rasa dingin itu menjalar kedalam tubuhnya. "Elaaang" Panggilnya lirih. Tatapannya sendu.

Mata indah milik gadis itu mulai sayu, bersama sesegukan dari isak tangis yang tak terhenti. Biarkanlah malam ini menjadi tempatku berbagi luka. Seakan semesta pun satu bahasa.

"FREYAAAAA" Teriakan itu mampu memenuhi ruang-ruang hening yang selalu melekat erat di kamar Freya.

Tersadar akan lamunannya, gadis yang merasa terpanggil itu menoleh sedikit, ingin tau siapa yang memanggilnya. Tapi ia urungkan. Buru-buru Freya mengelap sisa air mata yang banjir dikedua kelopak matanya.

Seseorang yang memanggilnya tadi berlari menarik erat tubuh Freya. Memutarkan tubuhnya, mendekap erat tubuh gadis itu. Rasa khawatirnya sudah tak tertahan lagi.

"Faa-reel" Ucap gadis itu gemetar, tangis itu memecah keheningan diantara mereka berdua. Gadis itu masih belum membalas pelukan Farel.

Farel tahu jelas, gadis ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Bahkan saat dipeluk seperti ini, rasa gemetar itu seperti menyeruak kedalam dirinya. Tidak ada respon lagi dari gadis itu. Bersuara saja tidak sama sekali, menangis pun tidak.

Sedetik kemudian, Farel melepas pelukan itu, apa mungkin ia terlalu erat memeluk gadis ini?

Setelah melepas pelukan itu, Farel memegangi kedua pipi Freya.
"Freya, lo kenapa Ya? Gue khawatir banget sama lo. Gue udah coba telfon lu berulang kali. Hati gue gak tenang. Lo kenapa Ya?" Tak terasa air mata atas rasa khawatir Farel ini jatuh.

"Ya lo ngomong dong, gue khawatir sama lo" Pinta Farel lirih.

"Ya" Farel melembut. Farel mulai mengerti apa yang sedang dirasa oleh gadis didepannya ini.

Masih belum ada respon dari Freya, Farel pun mulai menundukkan kepalanya merundukkan lututnya. Pria itu berlutut seraya menggenggam erat kedua tangan Freya "Yaa.. Gue mohon jawab pertanyaan gue Ya. "

Freya yang menyadarinya menarik pelan tangan Farel, membantunya untuk berdiri kembali. Bibirnya bungkam seribu bahasa, tapi mata itu... Mata gadis itu sangat merah. Tipis, tapi terlihat air mata yang mengalir dari kedua mata indah milik gadis itu. "Bangun Rel, " Pinta gadis itu pelan, bertabrakan dengan sesegup air mata yang mulai berdentuman.

"Gak mau Yaa.. Lo jawab dulu lo kenapa Yaa? Gue khawatir sama lo. "

Gadis itu hanya terdiam, bibirnya masih terbungkam. Tak lama, Farel berdiri. Menatap lekat kedua bola mata itu. Mencoba menenangkannya.

"Freya... Kamu kenapa? " Farel sudah sangat pasrah. Ia sendiri pun tak mengerti, mengapa ia melakukan semua ini. Ucapannya sangat pelan, berulang kali, memohon untuk sedikit saja diberi jawaban oleh gadis yang berada dihadapannya ini.

Freya berusaha sekuat mungkin, memaksakan untuk menelan saliva nya sendiri. Ternyata..
"Fareeeel" Ucapan itu, panggilan itu, tangisan itu.

Kini Freya yang memeluk Farel. Mencoba meredam semua kesedihannya. Bersama Farel, entah mengapa nyaman sekali berada didalam pelukannya.

Tangis Freya semakin menjadi. Farel terus berusaha menenangkan gadis itu. Membelai lembut puncak kepala gadis itu. Membiarkan gadis itu menumpahkan semua kesedihannya didalam pelukannya.

Tuhaaan... Biar saja seperti ini.
Aku menyayanginya.

Bersama hujan malam yang turun begitu lebat. Air mata ini, akan ku jadikan bukti nyata kisah kami. Farel memejamkan matanya singkat. Kedua tangannya masih merangkul tubuh Freya.

Beberapa menit kemudian. Suara tangis itu tak lagi terdengar. Sementara Freya masih dalam dekapannya.

"Freyaa... " Panggilnya lembut seraya mengelus kepala gadis itu.

"Freyaa.. " Panggilnya lagi.

Tak ada suara sedikitpun dari mulut Freya.

Farel pun melepas pelan pelukan-nya, wajahnya terkejut. " Freyaaaa, "

"Frey Freyaa.." Panggil Farel sambil menepuk pelan pipi Freya. Untuk kedua kalinya, Farel khawatir dibuatnya.

"Freyaa banguun, Freyaa."

_______________

Aaaa gimana ? ?
Aku sendiri nangis buat Chapter ini😭

Selamat malam minggu🧃
Good night🌘

Freya Anandita || by SfnalifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang