17. The Past

7 1 0
                                    


"Bisakah kau tidak terlalu keras padanya?!"

"Kapan aku keras padanya? Jangan membesar-besarkan masalah. Aku hanya memberikan beberapa soal dan kau membuat seakan-akan itu akan membunuhnya" Jawab Shinha sambil melepaskan dasi nya.

Raut kesal begitu terlihat dari wajahnya, namun dia berusaha untuk membuat suaranya setenang mungkin.

Dia begitu lelah setelah melakukan empat pertemuan dengan klien, namun begitu pulang disambut dengan pembicaraan yang ia anggap sebagai omong kosong.

"Kau pikir aku tidak tau kau keluar dari kamar begitu aku tertidur?"

Tangan Shinha berhenti dari kegiatan berganti pakaiannya.

Sejak kapan?

Hatinya gusar, sudah lama dia melakukan hal itu secara diam-diam. Namun tidak menyangka bahwa istrinya Naneun akan tau secepat ini.

"Memangnya kenapa?"

"Kau gila?!" Nada suara Naneun meninggi.
"Kau memukul anak perempuanmu, Kau menyiksanya tidak hanya secara mental tetapi juga fisik!!"

"Aku melakukannya demi dirinya, agar dia tidak terjerumus pada hal-hal jahat di luar sana!"

"Satu-satunya hal jahat bagi Yoonji adalah kau! Berhentilah Shinha, kumohon..anak Kita hanya tersisa Yoonji Shinha.."

Naneun mulai menangis, hatinya begitu sakit membayangkan apa yang di alami putrinya. Sudah terlalu lama dia menutup mata.

"Aku tidak ingin Yoonji berubah menjadi Celine, itulah sebabnya. Menangis sesukamu, aku tetap akan memutuskan apa yang tepat untuk Yoonji" Begitu selesai dengan kalimatnya, Park Shinha langsung pergi meninggalkan Naneun yang terus meneriaki namanya.

"Shinhaa! Shinhaaa!"

Kepala Park Shinha begitu pening saat ini, dia bingung harus bagaimana menghadapi istrinya.

Menurutnya apa yang dia lakukan sekarang adalah demi kebaikan masa depan keluarganya, dia tidak akan menjadi se-egois ini jika saja peristiwa itu tidak terjadi.

Peristiwa yang membuatnya harus meninggalkan segalanya dan memulai semuanya dari awal. Peristiwa yang merenggut salah satu putrinya.

Masa depan Yoonji telah ada di tangannya, sekolahnya, perkuliahan bahkan karirnya di masa depan telah terbayang dengan sempurna.

Namun untuk itu, Yoonji harus meninggalkan hal yang di sukainya, apapun itu yang menurut Shinha tidak berguna dan tidak membantu menaikan nilai pendidikannya.

<<__>>

"Aku juga khawatir dengannya, dia sulit untuk bersosialisasi. Kurasa kita harus berbicara dengan orang tuanya"
Ucap seorang guru sekolah dasar pada rekannya, sambil menatap pada seorang anak lelaki yang menundukan kepalanya di atas meja.

Anak lelaki itu cukup terkenal diantara para guru sekolah itu, karena terkenal akan dirinya yang sangat menutup diri dari orang lain.

Padahal jika dilihat dari latar belakang keluarganya, tidak ada yang bermasalah.

Walikelas dari Jeon Jungkook-Anak yang mereka bicarakan-melihat pada jam di tangannya, ternyata sudah waktunya untuk mereka beristirahat.

"Anak-anak, ayo keluarkan bekal kalian. Waktunya makan siang"

Semua murid lainnya mengeluarkan kotak bekal yang sudah dipersiapkan dari rumah. Berkumpul menuju taman untuk makan bersama.

Hanya satu anak yang tersisa, tidak melalukan apapun dan hanya menatap ke luar jendela.

"Bahkan kucing itu sangat menyayangi anaknya"

Tidak ada yang mengerti, tidak ada seorangpun yang mengerti Jeon Jungkook.

Latar belakang keluarganya terlampau baik, terlalu baik hingga terasa begitu palsu.

Memangnya kenapa? Apa salahnya?

Meninggalnya ibu bukanlah salah Jungkook, tetapi kenapa ia yang dibenci?

Ketika Jungkook tidak bisa melihat mayat ibunya saja, ia tidak apa. Ia tidak mengamuk seperti anak kecil yang kehilangan mainan.

Hanya menerima, karena kata ibunya semua hal itu memiliki alasan tersendiri.

Tetapi Jungkook tidak mengerti, kenapa ayahnya selalu pulang dengan kemarahan? Kenapa harus memukul Jungkook?

Ketika ibu baru datang, Jungkook pikir semuanya akan membaik.

Setidaknya ia berharap demikian.

Namun sama saja.

Ayah tetap membencinya.

Pukulannya berkurang berkat ibu baru,

"Jangan terlalu memukulnya, kau bisa terkena masalah jika guru sekolah melihat memarnya."

tetapi kenapa ibu baru tidak menolong Jungkook secara langsung?

Kenapa tidak meminta ayah untuk menyayangi Jungkook.

Pikiran-pikiran itu terus berputar pada kepala anak sekecil dirinya.

"Jungkook!"

Hingga semuanya terbuyarkan oleh panggilan dari seorang anak, suaranya sangat lembut namun penuh dengan keyakinan.

Namun Jungkook menyadari satu hal. Tidak semuanya buruk.

Seperti seorang Yoonji.

Satu-satunya yang mengerti, seperti apa dan untuk apa Jeon Jungkook hidup.





Tbc

Gila sih, kyanya telat banget update. Msih ada yg baca ga ya🤧🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LeGioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang