1. Yoonji

85 9 2
                                    

Namaku Yoonji. Putri tunggal dari keluarga Park.

Ibuku adalah seorang disigner dan ayahku adalah seorang CEO disuatu perusahaan bernama P|COMPANY.

Mereka bekerja setiap hari dan hampir setiap jam. Kurasa hanya ada waktu kurang dari 6 jam mereka di rumah.

Sama seperti saat ini. Aku baru saja pulang ketika angka pada jam menunjukan pukul delapan malam.

Karena tugas kelompok, ada sedikit masalah yang harus kami perbaiki sehingga butuh waktu yang sedikit lama.

Dan sesuai dengan dugaan, mereka belum pulang. Diriku disambut oleh rumah yang begitu gelap.

Bibi yang biasa mengurus rumah pasti sudah pulang.

Ku langkahkan kaki ku satu persatu menuju lantai dua, Kamar.

Aku meletakkan tas sekolah dan menggerai rambutku. Melihat pantulan pada cermin, luar biasa.

Sudah seperti mayat hidup. Wajah lesu dengan warna kehitaman di bawah kedua mata.

Ya, ini bukti perjuanganku untuk ulangan minggu lalu.

Tetapi ada sedikit kekecewaan. Aku berbalik pada meja belajar dan membuka salah satu laci disana.

Mengambil satu lembar kertas yang sedikit berbeda dari kertas yang lainnya. Jika kertas yang lainnya memiliki nilai A+ maka kertas ini memiliki nilai B.

Aku kecewa pada nilaiku. Turun daripada semester lalu.

Kurang belajar? Terlalu banyak bermain? Gila. Apa sebaiknya aku pergi ke rumah sakit dan meminta dokter memasukan buku kedalam tengkorakku?

Aku tidak tau lagi bagaimana ekspresi ayah nanti. Ia termasuk orang yang keras dalam pendidikan, karena di didik dengan cara yang sama oleh nenek. Nenekku seorang guru.

Mungkin aku akan disuruh menambah waktu belajarku lagi, dan di awasi langsung olehnya.

Terdengar suara ban mobil dari depan. Sepertinya ayah telah pulang.

Ku hembuskan nafasku.

Kau bisa. Tunjukan dan selesai.

Aku keluar dari kamar dan turun ke bawah. Kulihat ibu memasuki kamarnya.

Entahlah. Mungkin mereka bertemu saat di perjalanan pulang.

Aku ingin memanggil ibu, namun eksistensi ayah membuatku mengurungkan niat dan pergi membuntutinya ke dalam ruang kerja dengan lembar hasil ulanganku di tangan.

Ayah duduk dengan wajah lelahnya, memijat sebentar pangkal hidungnya dan kemudian menatapku yang berdiri mematung di depannya.

"Apa yang kau perlukan?" tanya'nya padaku.

Aku tidak tahu harus mulai dari mana. "Aku- Sebenarnya hasil ulangan ku telah dibagikan"

Kertasnya tidak mulus lagi akibat rematan. Terlalu gugup

Ia menatapku sambil menopang dagu pada kedua tangannya yang tertaut. Mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

"Bagaimana posisimu?" tanya'nya lagi

"Masih sama. Aku berada pada urutan pertama. Tapi-"

Ia yang sebelumnya sudah mengangguk dan akan mengalihkan perhatiannya pada berkas didepannya terhenti.

"Tapi apa?" suaranya begitu datar

"Nilai matematika ku turun"

Bodohnya. Bahkan tanganku bergetar ketika memberika kertas sialan itu.

LeGioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang