14. Semakin berbahaya

14 2 2
                                    


Jantungku berdegub dengan kencang menatap lurus kedepan. Aku tidak tau apa yang terjadi, tetapi suara keras terdengar memekakan telinga.

Aku ingat beberapa saat lalu saat aku dan Taehyung sedang di taman, setelah membeli ice cream aku berencana untuk langsung kembali bersama Taehyung agar aku bisa pergi ke perpustakaan kota.

Tetapi Taehyung menahan dan mengatakan masih ingin disana.
Aku menurutinya, berpikir bahwa aku masih punya waktu.

Namun tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras, bahkan membuat semua orang yang ada disekitar kami juga terkejut.

Lima belas menit kemudian suasana menjadi lebih mengerikan melihat belasan mobil ambulans melewati taman dimana kami berada.

Aku tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa hal yang kita lihat dalam film bisa terjadi di dunia nyata. Sangat mengerikan.

Saat itu juga Aku dan Taehyung langsung kembali ke toko roti. Membuatku yang sekarang ini hanya bisa duduk menatap ke luar toko dengan tangan yang gemetar.

"Tidak apa, kita akan baik-baik saja"

Ya, aku tau. Kau terus mengatakan itu Taehyung, tapi aku takut bahwa kepercayaan itu akan menghianatiku.

Tidak ada jaminan kalau tidak akan terjadi ledakan di tempat ini.

Bibi penjaga toko-bibi Taehyung-menyalakan tv. Memperlihatkan gambaran tempat ledakan dengan pengambilan gambar dari atas helikopter.

Demi tuhan sekarang keringat membasahi seluruh tubuhku. Tempat itu adalah perpustakaan kota, tempat yang ingin aku kunjungi beberapa saat lalu.

Bagaimana jika aku pergi tadi?

Bagaimana jika Taehyung tidak menahanku tadi?

Apa aku akan mati?

Atau akan terluka parah?

Melihat orang-orang yang tergeletak dijalanan, membuat diriku merasa dunia sangatlah berbahaya.

"Yoonji"

"Kak Yoonji!"

Aku tersentak. Yeonjun sepupu Taehyung menatapku khawatir.

"Sepertinya lebih baik kakak pulang, lagipula ada yang menjemput kakak diluar"

Aku memberikan tatapan bertanya siapa?

Mataku mencari keluar, berdiri lelaki tinggi yang kukenal.

Jeon Jungkook.

Aku mengangguk dan pamit pada semua yang ada disana. Bahkan berdiri dari kursi saja aku masih gemetar.

Jungkook menuntunku, untuk menaiki motor besar miliknya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya dirinya. Aku mengangguk.

Dia menarik tanganku untuk melingkar diperutnya, juga menggenggamnya. "Semua akan baik-baik saja Yoonji"

Kurasa saat ini dia bisa merasakan tanganku yang dingin. Sebuah pertanyaan muncul di benak'ku

"Bagaimana kau tau aku disana?"

"Aku mendengar kabar ledakan ini, jadi aku memutuskan untuk pergi kesana. Ini salah satu jalan tercepat menuju kesana, dan aku melihatmu saat masuk kesana."

"Wajahmu juga pucat, jadi aku pikir membawamu pulang sekarang adalah pilihan yang tepat Yoonji" Lanjutnya.

"Terima kasih Jungkook"

+++

Jungkook menurunkan Yoonji tepat didepan pagar rumahnya.

"Apa kau akan pergi kesana? Tempat ledakan itu"

Jungkook mengangguk dan menjawab "Iya, aku harus kesana"

"Jungkook, kurasa ini lebih serius dari yang kau pikirkan"

Yoonji merasa khawatir pada Jeon Jungkook. Menurutnya, ini adalah hal yang berbahaya. Dan lebih baik ditangani oleh polisi langsung.

"Tenang saja, aku akan berhati-hati. Sampai jumpa di sekolah Yoonji"

Setelahnya Jungkook langsung melajukan motornya menuju tempat kejadian.

Begitu sampai disana, matanya langsung menuju detektif yang menangani kasus ini.

Detektif haejun.

"Paman! Bagaimana?"

Haejun menatap lelaki muda itu tidak habis pikir, sangat jelas kalau ini adalah kasus yang berbahaya. Maju atau mundur tidak akan membuatmu  bisa selamat.

"Lebih baik kau pulang Jungkook. Ini bukan permainan anak-anak" Haejun berjalan melewati Jungkook. Tidak terima dia menahan Haejun.

"Paman tau kan kemampuanku? Aku pasti bisa membantu!"

"JEON JUNGKOOK!" Suara lelaki berusia 30-an itu meninggi.
"Aku tau kau cerdas dan memiliki kemampuan, tetapi aku juga tidak ingin membahayakan keselamatan anak sahabatku. Sekarang berhenti menjadi keras kepala dan pulanglah"

Jungkook hanya bisa mematung dan mendengarkan, tidak menyela atau membela diri. Dia tau bahwa dirinya terlalu keras kepala, tapi dirinya juga tidak akan berusaha seperti ini jika menganggap ini adalah kasus biasa.

Karena tau bahaya maka dia ingin ada didalam tim, meskipun tau itu adalah hal yang ilegal.

Jungkook mengembuskan napasnya. "Baiklah, aku pulang. Tapi jika ada hal yang menurutmu mengganjal dan membutuhkanku tolong hubungi, sekecil apapun hal itu kumohon"

"Jungkook, kematian ibumu tidak ada hubungannya dengan ini..."

"Paman dan aku tidak tau, tidak ada yang bisa memastikannya selain aku paman."

Setelah mengatakan hal itu, Jeon Jungkook langsung pergi berbalik menaiki motornya dan melaju meninggalkan tempat itu.

Sudah 2 tahun Jungkook mencari berbagai informasi, banyak kejanggalan yang dia temukan setelah ayahnya meninggal.

Memasuki ruangan yang sering ayahnya masuki membuatnya tau apa yang mungkin membuat ayahnya berhenti bekerja dengan tekun sebagai seorang detektif.

Menjadi seseorang yang tidak percaya pada hukum dan justru menyakiti keturunannya untuk menyalurkan amarah.

Tetapi Jungkook masih tidak mengerti mengapa ayahnya menikahi wanita yang ada dirumahnya saat ini enam bulan setelah ibunya meninggal. Dalam waktu yang singkat, juga menjadi penurut yang kasar.

Haejun mengusak belakang kepalanya kasar. Pekerjaannya menumpuk,  kasus baru yang dicurigai sebagai tindakan terorisme, kasus lama yang tidak kunjung selesai, dan harus berurusan dengan anak keras kepala namun cerdas.

"Ahk, kenapa banyak hal yang menjadi sulit sekarang"

"Haejun!" Teman kerjanya memanggil sambil menunjukan kertas dengan informasi dari ledakan sebelumnya.

"Kurasa ini dari orang yang sama, terlalu sempurna. Tidak ada saksi, tidak ada rekaman. Semua kamera tidak memiliki rekaman dari jam satu sampai jam 4 pagi. Bukankan itu aneh?"

"Tentu saja aneh bodoh, kejadian seperti ini tidak ada yang bisa dikatakan normal. Usahakan mencari informasi sekecil apapun"

"Siap!"

Tbc

LeGioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang