23 : 악과 선

1.2K 177 10
                                    

"NA JAEMIN!!!!"

Ah itu volume suara terbesar yang Renjun keluarkan sepanjang hidupnya. Harap-harap Jaemin mendengar panggilannya itu, atau Renjun yang akan menghampirinya dan akan mencekik pria itu.

"HEI! KENAPA KAU MENINGGALKANKU?!"

"MENINGGALKANMU!? SIAPA YANG MENINGGALKAN DAN SIAPA YANG DITINGGALKAN HAH?! KAU SAJA YANG DIAM DISANA SEPERTI MAYAT HIDUP! CEPAT KESINI!!"

"Astaga suaranya benar-benar besar sekali!" Sungut Jaemin, ia mengambil langkah, tapi sosok di belakangnya mencetus.

"Lihatlah betapa pedulinya dirimu padanya, Jaemin-ssi" Sosok berbaju merah itu menyahut sombong.

"Sudah jangan memancing emosinya! Ayo pergi" ajak sosok putih lainnya. Kemudian mereka menghilang perlahan.














 Kemudian mereka menghilang perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa wajahmu murung?"

Jeno, pria murung; menurut Haechan itu tersenyum masam. Menggeleng, menjawab tidak ada. Haechan hanya mengangguk. Ia tidak penasaran. Pria cerewet itu hanya penasaran kenapa minuman yang ia pesan kurang dingin. Rupanya hanya saja sedikit es batu yang dituangkan kedalam White Coffee-nya.

"Kau tidak memesan? Aku traktir" tawar Haechan tiba-tiba.

"Tumben. Biasa kau sangat pelit sampai-sampai memberikanku sisa minuman punyamu saat aku memintanya,"

"Bukan pelit, Jeno. Aku hanya menyelamatkan pohon! Uang kertas terbuat dari pohon dan dibuat sedemikian rupa sampai menjadi barang berharga begini. Kalau semua pohon ditebang karena membuat uang, bagaimana kita bisa hidup di masa depan?"

Begitulah. Haechan tiba-tiba berubah menjadi Prof. Haechan. Pemuda yang suka berkelahi dengan Renjun itu tidak ada otak belajar sama sekali. Jeno sementara itu tidak mendengar. Ia lebih tertarik pada burung-burung merpati yang terbang-hinggap saat diberi makan oleh pemiliknya, daripada si cerewet yang terus memberikannya pengetahuan yang tidak penting.

Karena tidak dipedulikan, Haechan akhirnya menyerah. Ia menggeleng aneh dan ikut mengikuti arah pandang Jeno. Bedanya, Haechan hanya melihat tai anjing yang ada di tengah-tengah jalan. Untuk apa Jeno memandang kotoran menjijikkan itu? Apa karena hal yang mengusik hatinya baru-baru ini membuatnya ingin mengemil Coklat rasa kotoran. Atau camilan Kotoran rasa Coklat?

"Tolong katakan padaku kenapa kau sedih begitu. Jangan sampai tiba-tiba kau menangis disini dan menganggu semua orang". Tidak ada reaksi. Haechan semakin yakin kalau Jeno mau memakan kotoran yang sudah terinjak orang-orang yang berlalu lalang tadi.

"Apa kau sedih karena camilan milikmu di injak orang? Apa kau mau aku membawakan kotoran kucing punya sepupuku dan memberikannya padamu?"

"Kau ini bicara apa daritadi?" Jeno melirik Haechan aneh. Ayolah, Jeno hanya melamun dan Haechan malah berpikir macam-macam.

PECULIAR FATE 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang