32 : 엄마

443 74 6
                                    

"Kenapa? Kau ingin aku merebut Renjun dari Jaemin dan Jaemin bisa bersamamu?"

Yang ditanya balik mengangguk. "Ya. Dengan begitu aku bisa bersama Jaemin dan kau bisa bersama Renjun. Bukankah itu bagus?"

"Apa kau mengajakku bekerja sama?"

"Benar sekali" sahut Jiin dengan senyum serius.

"Kau pikir aku akan membiarkan kalian bersama dan membuat Renjun sedih? Kekanakan sekali kau ini"

Mendengar itu, Jiin yang awalnya berpikir bahwa Jeno akan berpihak padanya tersebut mulai menatap Jeno tajam. "Jadi? Kau tidak menginginkan Renjun huh?"

"Memang benar aku menginginkan Renjun" Jeno menghela nafas, ia bersandar di kursinya. "Tapi aku akan berusaha mendapatkannya tidak dengan cara murahan begitu. Aku tidak suka melihat Renjun sedih kalau kau dengan Jaemin menjalin hubungan. Jadi sebisa mungkin aku akan membuatnya semakin jatuh cinta padaku tanpa mempedulikan perasaannya pada Jaemin. Tanpa membuat persaingan dengan Jaemin atau menjalin kerjasama dengan orang yang tidak ku kenal sepertimu"

'sial. Kukira dia mengiyakan ajakan ku' Jiin membatin. "Baiklah terserah kau saja. Tapi aku tetap akan berusaha bagaimanapun caranya agar mereka terpisah. Entah itu membuat Renjun sedih ataupun tidak, aku tidak peduli. Meski aku tidak tega sebenarnya tapi aku melakukan ini karena aku menyukai Jaemin sejak awal bertemu". Wanita itu mengambil sling bag miliknya dan hendak berdiri sebelum Jeno menahannya.

"Kau mau kemana?"

"Pergi ke kantor polisi menemui mereka. Kau mau ikut?"

Jeno tampak berpikir setelah itu.

"Baiklah, aku ikut"














Di dalam taksi yang mereka tumpangi, mereka masih saling mendiamkan dengan perasaan tak karuan sejak dari cafe tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di dalam taksi yang mereka tumpangi, mereka masih saling mendiamkan dengan perasaan tak karuan sejak dari cafe tersebut. Renjun dan Jaemin masih sangat malu untuk membuka percakapan, dan tampaknya Jaemin adalah yang paling ingin bicara saat itu. Renjun menggigit bibir bawahnya. Ingin sekali pemuda itu bertanya apa maksud Jaemin mengatakan seperti demikian tadi? Tapi lupakan. Ia takut dikatakan terlalu berharap, kan siapa tahu Jaemin hanya bercanda. Tapi asal kalian tahu, perasaan bukan candaan. Jadi Renjun urung bicara dan memilih melihat-lihat pemandangan di luar taksi. Dalam hati membiarkan Jaemin yang nampaknya masih ingin bertanya.

"Renjun-ssi?" Panggil Jaemin pada akhirnya. Sedangkan Renjun sedikit tersentak mendengar suara berat itu dan menoleh dengan tatapan polos.

"Ya, ada apa? Ingin menanyakan sesuatu?"

"Begini. Misalnya aku berteman dengan seseorang dan aku mulai merasakan jantungku berdebar kalau melihat senyumnya. Apalagi kalau dia tersenyum untukku, em, kira-kira apa yang terjadi padaku?" Jaemin menatap Renjun dengan mimik (lagi-lagi) polos untuk meminta jawaban. Padahal tidak perlu bertanya pun, Jaemin tahu jawabannya. Tapi Renjun malah memberikannya raut datar yang mengundang kedua alis Jaemin bertaut.

PECULIAR FATE 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang